PEMANTAUAN
PELAYANAN KEBIDANAN
KOHORT
IBU DAN KOHORT BAYI
Disusun Oleh:
Nama:
1.
Dina Dwi Septiani (B1301037)
2.
Dina Fransiska Putri (B1301038)
3.
Dina Marlin PH (B1301039)
4.
Dwi Alfi Mujahidah (B1301040)
5.
Dwi Nugraheni (B1301041)
6.
Dwi Wahyuningsih (B1301042)
7.
Dwiki Endah Puspitasari (B1301043)
8.
Eka Maulindah (B1301044)
9.
Eka Riyanti (B1301045)
10.
Eka Velly Handayani (B1301046)
Kelasa: 1A
Kelompok: 3
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2014
KATA
PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Pemantauan Pelayanan Kebidanan Kohort Ibu Dan Kohort Bayi” dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Giyatmo, M.Kep, selaku ketua STIKes Muhamadiyah Gombong, yang
telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan
pengetahuan di sekolah ini.
2.
Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH,
selaku ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes Muhamadiyah Gombong, yang
telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan
pengetahuan di sekolah ini.
3.
Ibu
Umi Laelatul Q,S.ST, selaku
dosen pembimbing yang telah memandu kami dalam penulisan
makalah ini.
4.
Serta semua pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis
menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah
yang telah penulis buat, baik dalam hal
isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, baik di Stikes
Muhammadiyah Gombong maupun
lingkungan masyarakat.
Kebumen, 17 April 2014
Penyusun
|
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan
..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Pelayanan Kebidanan........................................................... 3
1. Definisi Operasional.......................................................................... 3
2. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan............. 3
B. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.......................... 9
1. Input.................................................................................................. 9
2. Proses............................................................................................... 10
3. Output............................................................................................. 10
C. Pemantauan Pelayanan Kebidanan........................................................ 10
1. Pengertian........................................................................................ 10
2. Tujuan.............................................................................................. 10
3. Jenis Registor Kohort...................................................................... 10
a. Registor Kohort Ibu.................................................................. 10
b. Registor Kohort Bayi................................................................ 12
4.
PWS
KIA........................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 15
B. Saran...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan
penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak
pemberi asuhan kebidanan. Dalam
memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap
tugas kliennya,bio-psiko sosial . Ditengah
masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi
pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan
gaya hidup yag tidak sehat.Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi
juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena
itu, bidan harus
mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur
yang terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka
kematian ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997).
Manajemen kebidanan terdiri dari
beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
|
|
1. Apa yang
dimaksud dengan manajemen pelayanan kebidanan ?
2. Bagaimana
perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?
3. Bagaimana
cara pemantauan pelayanan kebidanan ?
4. Apa yang dimaksud dengan kohort ibu
dan kohort bayi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
2. Untuk
mengetahui perencanaan manajemen pelayanan kebidanan.
3. Untuk
mengeahui cara pemantauan pelayanan kebidanan.
4. Mengertahui pengertian kohort ibu dan
kohort bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen
Pelayanan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan,manajemen
adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Pengelola
pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
1. Defenisi Operasional:
a. Ada Standar
Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
b. Ada format
manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
c. Ada
pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d. Ada diagnosa
kebidanan.
e. Ada rencana
asuhan kebidanan .
f. Ada dokumen tertulis tentang
tindakan kebidnan.
g. Ada catatan
perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
h. Ada evaluasi
dalam memberikan asuhan kebidanan.
i. Ada dokumentasi utuk kegiatan
manajemen kebidanan.
2. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan :
Manajemen pelayanan kebidanan tentu
saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam pelayanannya juga
melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian,pengarahan
,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
Langkah I :
Pengumpulan Data Dasar
|
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a.
|
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
Pengetahuan Klien
b.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital
c.
Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
d.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah
pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen
dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
Langkah II :
Interpretasi Data Dasar
Pada langkah
ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik.
|
Diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar
Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
a.
Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b.
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c.
Memiliki cirri khas kebidanan.
d.
Didukung oleh clinical judgement dalam praktek
kebidanan.
e.
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
Sebagai
contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan
wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak
menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III. Merasa takut
terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan
takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa
kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk
mengurangi rasa takut.
Masalah: Adalah
hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar: Wanita tidak
menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil . Ibu hamil
trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan. Kebutuhan
adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
|
Kebutuhan Dasar: Ibu
menyenangi Binatang
Kebutuhan :Penyuluhan bahaya binatang terhadap
kehamilan. Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi
binatang.
Langkah III : Mengidentifkasi
Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah
ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh :
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
a. Besar dari masa kehamilan.
b. Ibu dengan diabetes kehamilan.
c. Kehamilan kembar.
Kemudian dia harus mengantisipasi,
melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar,
bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan
juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi
saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan
terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil. Persiapan
yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat
kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap
simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika
infeksi saluran kencing terjadi.
|
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya
perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat
menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya
prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah
medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang
wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli
gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen
asuhan klien.
|
Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana
tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan
dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan
asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien
yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI :
Melaksanakan Perencanaan
|
Langkah VII
: Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
B. Perencanaan
Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.
Perencanaan
dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi
kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan .Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga,dana dan
sarana . Secara umum
di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai
standar yang ditetapkan,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan,maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
2.
|
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua
macam,yakni tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan
apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah
di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance)
pelayanan kesehatan Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama , penampilan
aspek medis pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
C. Pemantauan Pelayanan Kebidanan
Kohort Ibu dan Bayi
1.
Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
2. Tujuan
Untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi di rumah tangga yang
teridentinfikasi dari data bidan.
3. Jenis Registor Kohort
a. Register Kohort Ibu
Register
kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan
yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi
baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian kohort Ibu
|
1) Di isi nomer urut.
2) Di isi nomer
indeks dari famili folder
3) Di isi nama ibu
hamil
4) Di isi nama
suami ibu hamil
5) Di isi alamat
ibu hamil
6) Di isi umur ibu
hamil
7) Diisi umur
kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL
8) Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
8) Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9) Paritas diisi Gravidanya
10) Diisi bila
jarak kahamilan <>
11) Diisi bila
BB ibu <>
12) Diisi bila
TB ibu <>
13) sampai dengan 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB
diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
18) Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
18) Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19) Diisi diisi
tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES.
20) sampai dengan 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23) sampai dengan 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai,berikut:
20) sampai dengan 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23) sampai dengan 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai,berikut:
K I :Kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I
s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses
dengan rambu-rambu ◙
K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
|
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas
Akses
:Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan
rambu-rambuΟ
35) Penolong
Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36) Diisi
tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37) Hasil akhir
Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38) Diisi lahir
mati
39) Diisi BB
bila BBL <>
40) Diisi BB
bila BBL > 2500 gram
41) Keadaan ibu
bersalin,di beri tanda v bila sehat
42) Dijelaskan
sakitnya
43) Diisi sebab
kematiaannya
44) Diisi v
(rumput)
45) Diisi
apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan
kesehatan bayi, termasuk neonatal.
Cara pengisian kohort Bayi.
Kolom
1) Diisi nomor
urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada register kohort
ibu.
2) Disi nomor
indeks dari Family Folder
3) sampai dengan 7 jelas
|
11) Diisi
tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12) Sampai dengan 23 Diisi
hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik, T = turun, R
= Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah.
24) Sampai dengan 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
24) Sampai dengan 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37) Diisi
penyebab kematian bayi tersebut
38) Diisi bila
bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
4. PWS KIA
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu
laporan yang disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut
yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat
motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA
dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga semua masalah ibu hamil
dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI dan AKB akan turun
sesuai harapan. Pendataan
Sasaran adalah pendataan
suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber
daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil,
ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh
ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh
kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke
dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa
pun dimiliki puskesmas.
|
Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini
digunakan indikator cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses
dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal
tahun1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat
–Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan
adanya PWS KIA ,data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap
tahunnya dari semua propinsi.
Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan
tersebut belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka
AKI.Mengingat bahwa mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala
dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia
menganjurkan pemakaian indikator outcome . Indikator
tersebut antara lain :
a.
Cakupan penanganan kasus obstetri
b.
Case fatality rate kasus obstetri yang di
tangani.
c.
Jumlah kematian absolut
d.
Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu
PONEK dan PONED.
e.
Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di
suatu wilayah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen
adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari
beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan
memperhatikan 3 unsur ,yaitu: input,poses dan outcome. Pendataan
suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber
daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat. Untuk
membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau berupa Pemantauan
Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA).
|
|
Kami berharap agar para mahsiswa
kebidanan memahami tentang manajemen pelayanan kebidanan. Dengan penulisan
makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada
pembaca. Harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Tenaga kesehatan khususnya
seorang bidan, alangkah baiknya untuk menerapkan register kohort di setiap
pelayanan kebidanannya. Agar resiko – resiko yang dapat terjadi pada ibu dapat
dideteksi lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin. 2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Simatupang,Erna.
2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:EGC
Soepardan
,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan.
Jakarta:EGC