Rabu, 23 April 2014

MAKALAH KOHORT IBU DAN BAYI


PEMANTAUAN PELAYANAN KEBIDANAN
KOHORT IBU DAN KOHORT BAYI







Disusun Oleh:
Nama:
1.          Dina Dwi Septiani                  (B1301037)
2.          Dina Fransiska Putri                (B1301038)
3.          Dina Marlin PH                       (B1301039)
4.          Dwi Alfi Mujahidah               (B1301040)
5.          Dwi Nugraheni                       (B1301041)
6.          Dwi Wahyuningsih                 (B1301042)
7.          Dwiki Endah Puspitasari        (B1301043)
8.          Eka Maulindah                        (B1301044)
9.          Eka Riyanti                             (B1301045)
10.      Eka Velly Handayani              (B1301046)

Kelasa: 1A
Kelompok: 3


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2014
KATA PENGANTAR

            Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul  Pemantauan Pelayanan Kebidanan Kohort Ibu Dan Kohort Bayi” dengan baik. Makalah  ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.    Bapak Giyatmo, M.Kep, selaku  ketua  STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan  untuk belajar dan   mendapatkan pengetahuan  di  sekolah  ini.
2.    Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan  untuk belajar dan   mendapatkan pengetahuan  di  sekolah  ini.
3.    Ibu Umi Laelatul Q,S.ST, selaku  dosen  pembimbing  yang telah memandu kami dalam  penulisan  makalah  ini.
4.    Serta   semua   pihak   yang   turut   membantu   terselesaikannya   makalah    ini  yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
           
            Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun  makalah  yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah  ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Stikes Muhammadiyah Gombong  maupun  lingkungan masyarakat.

                                                                                           Kebumen, 17 April 2014

                                                                                                         Penyusun           


ii
 
 
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar belakang......................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.  Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II  PEMBAHASAN
A.  Manajemen Pelayanan Kebidanan........................................................... 3
1.      Definisi Operasional.......................................................................... 3
2.      Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan............. 3
B.  Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.......................... 9
1.      Input.................................................................................................. 9
2.      Proses............................................................................................... 10
3.      Output............................................................................................. 10
C.  Pemantauan Pelayanan Kebidanan........................................................ 10
1.      Pengertian........................................................................................ 10
2.      Tujuan.............................................................................................. 10
3.      Jenis Registor Kohort...................................................................... 10
a.       Registor Kohort Ibu.................................................................. 10
b.      Registor Kohort Bayi................................................................ 12
4.      PWS KIA........................................................................................ 13
BAB III                                                                                                    PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................ 15
B.  Saran...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA




iii
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
       Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial . Ditengah masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat.Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak.
       Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997).
       Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
1
 
       Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan maka,dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain tentang: langkah langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu ,bayi , balita, dan PWS KIA) .
2
 
B.  Rumusan Masalah
      1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pelayanan kebidanan ?
      2. Bagaimana perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?
      3. Bagaimana cara pemantauan pelayanan kebidanan ?
      4. Apa yang dimaksud dengan kohort ibu dan kohort bayi?
C.  Tujuan
      1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
      2. Untuk mengetahui perencanaan manajemen pelayanan kebidanan.
      3. Untuk mengeahui cara pemantauan pelayanan kebidanan.
      4. Mengertahui pengertian kohort ibu dan kohort bayi.

















BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Kebidanan
       Dalam pelayanan kebidanan,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
     1. Defenisi Operasional:
a.       Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
b.      Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
c.       Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d.      Ada diagnosa kebidanan.
e.       Ada rencana asuhan kebidanan .
f.    Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan.
g.      Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
h.      Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
i.     Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.
2. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan :
       Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian,pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
            Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
3
 
                        Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
            Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a.   
4
 
Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
b.    Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c.    Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
d.   Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
                        Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
5
 
Diagnosa Kebidanan
                        Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
a.       Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b.      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c.       Memiliki cirri khas kebidanan.
d.      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e.       Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
                        Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
            Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
            Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
            Contoh lain :
            Wanita hamil Trimester III. Merasa takut terhadap persalinan dan    melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak      termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi             tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian        lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa   takut.
            Masalah: Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang   ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
            Contoh perumusan masalah :
            Masalah Dasar: Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita         mengatakan belum ingin hamil . Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu             mengatakan takut menghadapi persalinan. Kebutuhan
            adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam         diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
6
 
            Contoh kebutuhan :
            Kebutuhan Dasar: Ibu menyenangi Binatang
            Kebutuhan :Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan.         Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang.
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
                        Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
            a.  Besar dari masa kehamilan.
            b.  Ibu dengan diabetes kehamilan.
            c.  Kehamilan kembar.
                        Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk             mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi   perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena             pembesaran uterus yang berlebihan.
                        Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi             dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga         kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap          kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang            menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan             bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,      pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan   segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
7
 
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
                        Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter   dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim   kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
            Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen    kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik             atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama           bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam   persalinan.
                        Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan        harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak             (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia             bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
                        Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang   memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu             intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya             bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau      kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal       dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes           atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau       kolaborasi dengan dokter.
                        Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan   memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan      lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis     bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi        yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
8
 
            Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
                        Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,      ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah             dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar        yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
                        Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang     sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang     berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita             tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah         dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila          ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau    masalah psikologis.
                        Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup            setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan             klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan         bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah          ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil             pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan           bersama sebelum melaksanakannya.
                        Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang   menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan          pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang    apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
                        Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan        keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau    berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid             sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
            Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
9
 
                        Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang   telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.            Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian             dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim             kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul      tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya:             memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien           yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen             asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya            rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang          efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari             asuhan klien.
            Langkah VII : Evaluasi
                        Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari            asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan            apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman      atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut        dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.       Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang             sebagian belum efektif.
B. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.
Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
1.    Input
       Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan .Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga,dana dan sarana . Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar yang ditetapkan,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan,maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
2.   
10
 
Proses
       Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan.Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
3.    Output
       Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama , penampilan aspek medis pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
C. Pemantauan Pelayanan Kebidanan
     Kohort Ibu dan Bayi
1.      Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
2.      Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan bayi  yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
3.   Jenis Registor Kohort
            a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian kohort Ibu
11
 
            Kolom
            1) Di isi nomer urut.
            2) Di isi nomer indeks dari famili folder
            3) Di isi nama ibu hamil
            4) Di isi nama suami ibu hamil
            5) Di isi alamat ibu hamil
            6) Di isi umur ibu hamil
            7) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal                      HPL
            8) Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun                       atau lebih dari 35 tahun
            9) Paritas diisi Gravidanya
            10) Diisi bila jarak kahamilan <>
            11) Diisi bila BB ibu <>
            12) Diisi bila TB ibu <>
            13) sampai  dengan 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu        hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil                                            pemeriksaannya
            18) Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
            19) Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non                       NAKES.
            20) sampai dengan 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
            23) sampai dengan  34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian                      sebagai,berikut:
                   K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada                            kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung                           juga akses dengan rambu-rambu ◙
                   K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
                   Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2             dengan rambu-rambu Δ
12
 
                   Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
                   Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan     pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi         agar tidak kehilangan K4.  Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar                    kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena         untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4   dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan                    pemeriksaan dengan jelas
                   Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak       memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ
            35) Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga                                   kesehatan
            36) Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
            37) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
            38) Diisi lahir mati
            39) Diisi BB bila BBL <>
            40) Diisi BB bila BBL > 2500 gram
            41) Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
            42) Dijelaskan sakitnya
            43) Diisi sebab kematiaannya
            44) Diisi v (rumput)
            45) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
            b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
            Cara pengisian kohort Bayi.
            Kolom
            1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan                             nornor urut ibu pada register kohort ibu.
            2) Disi nomor indeks dari Family Folder
            3) sampai dengan 7 jelas
13
 
            8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sampai dengan 10 diisi tanggal                   pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan
            11) Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
            12) Sampai dengan 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu                       gizi yaitu : N = naik, T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT),                              BGM = Bawah garis merah.
            24) Sampai dengan 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
            36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
            37) Diisi penyebab kematian bayi tersebut
            38) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

4. PWS KIA
          Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah.
          Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan. Pendataan Sasaran adalah pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
               Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
14
 
               Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut. Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
               Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal tahun1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan adanya PWS KIA ,data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua propinsi.
               Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator outcome . Indikator tersebut antara lain :
a.    Cakupan penanganan kasus obstetri
b.    Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
c.    Jumlah kematian absolut
d.   Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
e.    Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
       Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
       Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
       Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu: input,poses dan outcome. Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat. Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA).
15
 
       Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara dan status kesehatan masyarakat. Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak maka setiap ibu hamil di suatu daerah dicatat agar resiko – resiko yang dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut register kohort. Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita. Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan
16
 
B. Saran
       Kami berharap agar para mahsiswa kebidanan memahami tentang manajemen pelayanan kebidanan. Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, alangkah baiknya untuk menerapkan register kohort di setiap pelayanan kebidanannya. Agar resiko – resiko yang dapat terjadi pada ibu dapat dideteksi lebih dini.




















DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin. 2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan    

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Simatupang,Erna. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:EGC


Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC