Disusun
Oleh :
Kelas
: 1A
Kelompok : 4
Prodi :
DIII Kebidanan
Anggota : 1. Agus Setyoningsih (
B1301017 ) Sebagai Bidan 3
2.
Arini Camalia ( B1301025 ) Ibu
Eka
3. Desti Eka Saputri ( B 1301032 ) Bapak Warto
4. Dian Rakhmawati ( B1301035 ) Ibu Asri
5. Dwi Nugraheni ( B1301041 ) Bidan 1
6. Dwiki Endah P. ( B1301043 ) Narator
7. Endang Istiarini ( B1301049 ) Bapak Anang
8. Eti Purnaningsih ( B1301052 ) Ibu Putri
9. Fitriana Puspitasari ( B1301054 ) Bidan
2
10.
Fitrilia Maya Surya
( B1301056 ) Ibu Yanti
STIKES
MUHAMMADIYAH GOMBOG
2013
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Narator : Di
suatu pagi di Kota Kebumen terdapat keluarga kecil sangat harmonis yang
sedang sarapan pagi bersama. Yaitu keluarga bapak Anang yang mempunyai
istri yang bernama Asri, mereka tinggal bersama dengan Ibu Anang yang
bernama Yanti. Asri sedang hamil anak pertama yang saat ini sudah
memasuki
usia 9 bulan mereka berbincanng-bincang mangenai persiapan kelahirannya.
Bu Asri :
” Pah bagaimana ini, saat ini kehamilan mamah sudah memasuki minggu
minggu terakhir? Menurut perkiraan bidan minggu depan tanggal
kelahiran
bayi kita, pah? “
Pak Anang :
“ Oh iya. Sudah kita nanti kerumah bidan. Kebetulan papah sudah mengurus
surat cuti jadi bias menemani mamah. “
Bu Asri :
“ Mamah bangga sama papah deh. Bapak memang suami yang siaga. I love you pah. ”
Pak Anang :
“ Iya dong mah. I love you too. “
Bu Yanti : “ Aduh Nak. Kalian ini romantis
banget. ”
(Asri &
Anang tersenyum.)
Bu Asri : “
Iya dah, makannya udah selesai kan. Ayo kita siap-siap pah? ”
Pak Anang : “ Iya mah, papah tunggu di mobil yaa? ”
Bu Asri : “Iya pah. Saya beres-beres piring dulu.”
Pak Anang : “ Iya mah, papah tunggu di mobil yaa? ”
Bu Asri : “Iya pah. Saya beres-beres piring dulu.”
Bu Yanti : “Gak
usah nak . Biar ibu saja, sudah kalian berangkat saja ?”
Bu Asri : “Tidak apa-apa ibu saya bantu .”
Bu Asri : “Tidak apa-apa ibu saya bantu .”
Pak Anang : “Mah,
sudah selesai apa belum ?”
Bu Asri : “Iya pah tunggu sebentar . Kayaknya ada yang enggak sabar nih ?”
Bu Yanti : “Ini sudah selesai ayo . Saya antar kedepan.”
Bu Asri : “Iya bu ayo. Kalau begitu saya pamit dulu ya bu.”
Bu Asri : “Iya pah tunggu sebentar . Kayaknya ada yang enggak sabar nih ?”
Bu Yanti : “Ini sudah selesai ayo . Saya antar kedepan.”
Bu Asri : “Iya bu ayo. Kalau begitu saya pamit dulu ya bu.”
Narator : Diperjalanan mereka sangat asik
menikmati pemandangan yang mereka temui, tiba-tiba Bu Asri merasa ada kontraksi
sedikit pada kehamilannya .Dan Pak Anang mempercepat jalan mobilnya. Sementara
di klinik Permata Ibu tampak tiga bidan sedang berbincang-bincang mengenai
suatu hal yang terdiri dari dua senior dan satu bidan junior yang baru magang
beberapa hari.
Bidan Esti : “Begini
bu. Saya kan sudah dua tahun magang disini, saya bermaksud
mendirikan pratek bidan mandiri dan otomatis
harus mengurus SIPB tapi saya
masih bingung mengenai kelengkapan
syarat-syarat yang harus diajukan. ”
Bidan Dwi :
“ Oh begitu bagus itu bu, kalau mengenai surat-suratnya saya dulu diajukan
kekantor Departemen Kesehatan Kabupaten kebumen karena kebetulan pratek mandiri
di Adikarto.”
Bidan Esti : “ Lah mengenai surat-surat yang diajuin
itu apa saja bu takut salah apa kurang.”
Bidan Fitri : “ Menurut pelajaran yang saya peroleh
dulu meliputi :
1. Fotocopy
SIB yang berlaku
2. Fotocopy
STR
3. Surat
persetujuan atasan
4. Surat
kesehatan dari dokter
5. Rekomendasi
dari organisasi profesi
6. Rekomendasi
kepala Depkes setempat
7. Pas
photo ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar.
Bidan Esti :
“ Banyak banget ya bu memang sebagian sudah saya siapkan tetapi insyaallah
sehabis pulang pelatihan akan saya ajukan sambil
melengkapi kekuranganya.”
Bidan Fitri :
“ Disampng hal tersebut alat-alat dan tempat pratek harus sesuai standar dan
juga harus
memiliki kemampuan dan skil yang
professional karena akan
disurvei oleh petugas kesehatan.”
Bidan Esti :
“ Kalau hal tersebut sudah disiapkan dari dulu. Untuk menambah pengetahuan
besok saya
akan mengikuti pelatihan di Yogyakarta dan kebetulan ditunjuk
oleh pihak
klinik.”
Bidan Dwi : “ Bagus sekali berarti benar-benar sudah
disiapkan semoga bisa terlaksana.”
Bidan Esti : “ Amin. Bu gimana SIBnya sudah diajukan
belum. ”
Bidan Fitri :
“Alhamdullilah minggu depan, kebetulan dikoordinir oleh STIKES Muhamaddiyah Gombong
yang diajukan ke Kantor Depatermen Kesehatan Provinsi Jawa Tengan tepatnya
Semarang tapi kapan SIB saya terima belum tahu.”
Bidan Esti : “ Saya dulu sekitar satu setengah
tahun.”
Bidan Fitri : “ Lama banget ya.”
Bidan Dwi :
“ Ya lah bu kansatu provinsi banyak lulusan bidan maka lama. Untuk mengurus
SIB syaratnya apa
saja?”
Bidan Fitri : “ Kalau tidak salah meliputi
1.
Fotocopy ijazah
kebidanan
2.
Fotocopy nilai
transklip
3.
Keterangan sehat dari
dokter
4.
Pas photo 4x6 sebanyak
2 lembar.
Bidan Dwi : “ Masih sama kaya dulu.”
Bidan Esti :
“ Ibu-ibu kalau begitu saya pamit mau berangkat ke Yogyakarta sekitar satu
mingguan. Terima kasih atas informasinya
dan tetap semangat ya walaupun
tidak ada saya. ”
Bidan Dwi : “ Iya bu, hati-hati dijalan jangan lupa
ilmunya dibagi-bagi.”
Bidan Esti : “ Iya bu, Assalamu’laikum.”
B.Dwi &
Fitri : “Wa’laikumsalam.”
Narrator : Bidan Esti
pergi, bidan Dwi dan Fitri melai menempati tempat kerja masing-
masing untuk bertugas,
sesaat kemudian keluarga pak Anang sampai diklinik.
Bu Asri : “ Assalamualaikum.”
Bidan Fitri : “ Waalaikumsalam.
Silahkan masuk Ibu,Bapak. Silahkan duduk!”
Pak Anang : “ Ayo
Mah. Pelan saja.”
Bidan Fitri : “ Bagaimana
Ibu Asri dengan kehamilan Ibu? Ini sudah
memasuki minggu-
minggu
terakhir.”
Bu Asri : “ Alhamdulilah Bu baik saja. Tapi ini saya
seperti ada kontraksi dalam perut
saya ini !”
Pak Anang : “
Iya ini Bu
tadi kata istri saya, dia mulai merasa kontraksinya saat di
perjalanan.”
Bidan Fitri : “
Oh baiklah Bu
Pak. Mungkin biar Bidan Dwi saja yang mengecek, mungkin
saja
itu sudah
menandakan pembukaan terakhir. Tapi sebelumnya tolong Bapak tanda
tangan dulu untuk data identitas.”
Narator : Setelah menanda tangani data identitas pasien diantar ke ruang Bidan
Dwi.
Bidan Fitri : “
Assalamualaikum Bu !”
Bidan Dwi : “
Waalaikumsalam.”
Bidan Fitri : “ Ibu
ini ada keluarga Pak Anang yang mau mengecek kehamilan.”
Bidan Dwi : “ Oalah
Pak Anang dan Bu Anang. Mangga-mangga masuk Bu Pak.
Aduh senangnya ya Bu ini sudah minggu-minggu
terakhir.”
Bu Asri : “
Iya Bu, tapi ini lho perut saya sepertinya calon dedenya berkontraksi
kencang sekali Bu.”
Bidan Dwi : “ Oh
ya Bu? Kalau begitu silahkan berbaring dulu. Pak Anang tunggu sebentar
ya. Saya periksa dulu Ibu
Anangnya.”
Narator : Bidan Dwi memeriksa namun pada saat memeriksa Bidan Dwi menemukan
kelainan pada posisi bayi. Kemudian Bidan Dwi mengkoordinaskan pada Bidan Fitri
bahwa posisi bayinya sungsang.
Bidan Dwi :
“Sebentar ya Pak, Bu saya tinggal dulu.”
Narator :
Diruang Bu Fitri
Bidan Dwi :
“Bu Fitri, bagaimana ya Bu Asri memiliki kelainan pada posisi bayinya.”
Bidan Fitri :
“Memangnya kenapa dengan posisinya?”
Bidan dwi :
“Posisi bayinya sunsang, bagaimana kalau kita rujuk saja ke rumah sakit?”
“Ini
sudah memasuki bukaan lima.”
Bidan Fitri :
“Saya pikir juga begitu bu.”
Narator :
Bidan Dwi dan Bidan Fitri kembali ke
ruang bersalin.
Bidan Dwi :
“Bapak, Ibu begini setelah saya mengecek kehamilan Ibu Asri ternyata posisi
bayinya sungsang, jadi apakah Bapak dan Ibu bersedia untuk di ruju?”
Bu Asri : “ Aduh aduh aduh sakit
Bu. Sudah Bu saya tidak usah dirujuk, di sini saja
melahirkannya.”
Bidan Dwi : “ Bu
lebih baik duduk dulu. Bu Esti tolong jelaskan tentang ini. (menyerahkan
aturan wewenang kebidanan) “
Bidan Fitri : “
Baiklah Ibu Bapak…silahkan duduk kembali. Begini Bapak Ibu…Ibu
disarankan untuk dirujuk dengan alasan
letak janinnya tidak sesuai. Dan
dibutuhkan langkah episiotomy”
Pak Anang : “
Episiotomi itu apa Ya Bu?”
Bu Esti : “ Cara
melahirkan dengan melebarkan dinding perenieum sang Ibu.”
Bu Asri : “
Memang kalau saya melahirkan disini itu tidak bisa?”
Narator : Bidan Dwi
memulai untuk menjelaskan.
Bidan Dwi : “ Oh
iya mungkin masih bisa karena disini berat janin Ibu itu 2800 gram.Tetapi
untuk ketertiban dalam kewenangan seorang
bidan.Saya mohon bapak tanda
tangan surat persetujuan inform consent
disini.”
Bidan Fitri : “ Iya
benar itu Pak. Karena sebenarnya ini bukan kewenangan bidan.”
Pak Anang :
“Oh begitu Bu. Melebarkan
jalan janin itu apa tidak berefek pada kesehatan istri
atau anak saya?”
Bu Dwi : “
Saya bantu menjelaskan Bu Fitri. Begini Pak efeknya itu hanya
sedikit, dirasakan
nanti setelah Ibu melahirkan. Mungkin jika nanti
melebarkannya
terlalu lebar maka Ibu harus diet
sampai jaitan itu kering.”
Bu Asri : “ Aduh Bu saya takut, ngeri kalau gitu.”
Bidan Firi : “
Ibu tenang
saja karena sebelum melahirkan Ibu bisa dibius mati rasa. Agar
tidak merasakan sakit. Tapi ini terserah Ibu dan
Bapak keputusannya.”
Bu Asri : “ Bu memang luka jahitannya itu bisa
sembuh berapa hari?”
Bidan Fitri : “ Umumnya luka jahitan
membaik 5-7 hari post partum atau setelah melahirkan.
Tapi
jika terjadi infeksi lebih baik segera ke dokter, karena jahitan bisa
membuka lagi bila terjadi
infeksi pada vagina.”
Bu Asri : “ Oh ya sudah Bu tidak
apa-apa. Aduh … aduh … aduh Bu tolong!!! Sepertinya
saya sudah mau melahirkan.”
Pak Anang : “
Bu ayo Bu tolongin istri saya. Saya mau menelpon Ibu saya dulu.”
Pak Anang : “ Assalamualaikum.
Ibu Bu Ibu tolong bawakan baju-baju yang ada di tas dalam
kamar ini istri saya sedang
melahirkan di Puskesmas.”
Bu Yanti : “
Waalaikumsalam, iya iya Nak. Ibu segera ke situ.”
Pak Anang : “
Iya Ibu terimakasih. Hati-hati dijalan. Wasalamualaikum.”
Bu Yanti : “Oh
iya, semoga proses melahirkannya lancar. Ini Ibu mau berangkat.
Waalaikumsalam”
Narator : Setelah beberapa menit kemudian Ibu Yanti
sampai.
Bu Yanti : “
Ini Nak,bagaimana istrimu melahirkannya dengan normal?”
Pak Anang : “ Ibu
alhamdulilah tapi sedang proses. Dan sayangnya proses melahirkannya
dengan Melebarkan jalan lahirnya Bu, letak calon
bayinya sungsang.”
Bu Yanti : “ Oh
ya sudah tidak apa-apa. Bu Bidan lebih berpengalaman, berdoa saja Nak.”
Pak Anang : “ Ya
sudah Bu…Ibu tunggu sebentar disini. Saya mau menemani istri saya
dulu.”
Narator :
Bidan Fitri memeriksa Bu Asri ternyata pembukaanya sudah lengkap dan Bidan Dwi
membantu melahirkan janinnya.
Bidan Dwi : “ Bu
Esti tolong siapkan alat-alat,dan panjenengan pakai APBD yang lengkap ya
Bu.”
Bidan Fitri : “
Baiklah Bu. Pak tolong Bapak pegangin tangan Istri Bapak.”
Pak Anang : “ Baiklah
Bu. Yang kuat ya sayang.”
Bidan Fitri : “
Sebelumnya Ibu baca basmallah dulu bisa? “
Ibu Asri : “ Bissmillahirokhmanirokhim.”
Bidan Dwi : “ Baiklah
Bu saya akan menyuntik mati rasa. Maaf ya Bu.”
Narator : Setelah di mati rasa Bidan Dwi melebarkan bagian perineum dengan
menggunakan gunting khusus.
Bidan Fitri : “
Ibu ikuti perintah saya ya, silahkan Ibu mengejan. Ambil nafas dari hidung
kemudian keluarkan dari mulut.
Satu .. dua … tiga! “
Bu Asri : (Mengejan)
Pak Anang : “ Ayo
Mah yang kuat..sebentar lagi keluar. “
Bidan Dwi : “
Terus Ibu terus…sudah kelihatan pantatnya “.
Bidan Fitri : “ Ayo
Ibu lagi ! “
Narator : Beberapa menit kemudian bayi itu lahir dengan selamat dan sehat. Dan
setelah
Bidan
Dwi menjahit perineum sang ibu, Bidan
Fitri membersihkan bayi dan
menyerahkan
pada Ibu untuk dilakukan IMD.
Bidan Dwi :
“ Alhamdulilah Bu
akhirnya kita bisa menyelamatkan keduanya selamat ya Bu
Pak atas kelahiran anak pertamanya laki-laki.
“
Pak Anang : “ Terimakasih
Bu Bidan. “
Bu Yanti : “ Aduh
… aduh …. Cucuku sudah lahir. Gantengnya ya? “
Pak Anang : “
Tentu. Siapa siapa dulu ayahnya. “
Narator : Pada sore harinya sepasang suami istri yang bernama Bu Putri dan Pak Wanto
Datang untuk memeriksakan kehamilan Bu Putri.
Pada saat itu pula keluarga Pak Anang masih berada di BPM. Pada saat itu BidanEsti sudah kembali dan sudah jaga
diklinik,sementara itujuga Bidan Fitri mau cuti beberapa hari untuk mengurus
SIB.
Bu Putri : “ Sore bu bidan. “
Bidan Esti : “ Sore juga, mari silahkan masuk duduk dulu bu? “
Bu Putri : “ Maksih bu, “
Bidan Esti : “ Ada yang bisa saya bantu Bu? “
Bu Putri : “ Saya ingin periksa kehamilan saya bu bidan, ya kan pak? “
Pak Wanto : “ Iya bu “.
Bidan Esti : “ Sore juga, mari silahkan masuk duduk dulu bu? “
Bu Putri : “ Maksih bu, “
Bidan Esti : “ Ada yang bisa saya bantu Bu? “
Bu Putri : “ Saya ingin periksa kehamilan saya bu bidan, ya kan pak? “
Pak Wanto : “ Iya bu “.
Bidan Esti : “ Baiklah kalau begitu, tapi sebelumnya isi formulir dulu ya
Pak. Sebelumnya
Ini dengan keluarga siapa? “
Pak Wanto : “ Iya Bu. Pak Wanto dan ini istri saya Bu
Putri.”
Bidan Esti : “ Ini kehamilan yang keberapa Bu? “
Bu Putri : “ Kehamilan yang pertama dan pemeriksaan
yang pertama juga Bu. “
Pak Wanto :” Ini sudah selesai
Bu. “
Bidan Esti :
“ Ya, terimakasih
Pak. Mari Pak Bu saya antar ke ruang Bidan Dwi. “
Narator : Bidan Esti
mengantar pasien sampai ke ruangan Bidan Dwi.
Bidan Esti :
“ Ibu maaf ini
ada keluarga dari Bapak Wanto ingin memeriksa kehamilan. “
Bidan Dwi : “Oh iya terimakasih Bu.Silahkan duduk.Baiklah sambil kita bicara nanti,
bapak
& ibu silahkan bertanya bila kurang jelas dan jangan sungkan
untuk bercerita,
karena cerita bapak & ibu akan terjaga
kerahasiannya. “
Pak Wanto : “ Maksud bu bidan, dengan terjaga kerahasiannya, apa tha bu?”
Bidan Dwi : “ Maksud saya tidak akan bicara pada
siapa pun, sudah menjadi hak bapak dan
Ibu mendapatkan konseling yang terjaga kerahasiaan
nya “.
Pak Wanto : “ Oo.. gitu. “
Bidan Dwi : “ Baiklah nah, sekarang mari kita membahas informasi yang benar
dan
bekerjasama untuk memecahkan masalah yang ibu
hadapi, apa yang bisa saya
bantu? “
Bu Putri : “ Aa.begitu akhir-akhir ini saya sering
mual dan muntah saya jadi malas untuk
makan melihat makanan saja sudah mual Bu.Apalagi kalau makan. “
Bidan Dwi : “
Oh begitu.jadi
seperti ini ya Bu saya jelaskan.Mual dan muntah itu disaat
TM 1 memang sudah menjadi kebiasaan.Kondisi
seperti itu tidak apa-apa
ko Bu, itu sudah wajar terjadi.Tidak perlu
khawatir.
“
Bu Putri : “ Oh begitu Bu saya juga takut kalau nanti calon anak saya kekurangan gizi.
Tapi Bu Bidan apa benar kalau saya ngidam
dan suami saya tidak bisa
memberikan yang saya mau, nanti saat bayi
saya lahir dia bisa ngeces gitu ya? “
Bidan Dwi : “
Begini Bu sebenarnya
ngidam itu bukan keinginan dari bayi, itu keinginan
Ibu semata. Nah kenapa bayi bisa ngeces? Itu
karena saat hamil, Ibu itu per-
percaya bahwa ngidam adalah keinginan sang
janin.Bila ngidam itu tidak
terlaksanakan Ibu terus memikirkannya dan itu
dapat terpengaruh pada janin. “
Pak Wanto : “
Jadi kalau saya
tidak bisa memberikan yang istri saya ngidamkan tidak
berbahaya ya Bu Bidan?”
Bidan Dwi : “
Saya senang Pak
Wanto bertanya, Bapak tidak perlu khawatir selama Bu Putri
yakin bahwa itu bukan keinginan dari bayi dan
jangan dipikirkan.
“
Bu Putri : “ Iya Bu Bidan, lalu makanan apa yang harus saya konsumsi
agar bayi saya
sehat? “
Bidan Dwi : “
Bu Putri harus banyak makan sayur-sayuran hijau. Seperti
bayam buah-buahan
kurangi makanan setengah matang,dan lebih baik
hindari makanan yang
mengandung banyak pengawet dan micin. Karena
bisa mengganggu kehamilan
ibu. “
Bu Putri :
“ Iya
Bu Bidan, sepertinya menarik sekali ya. Saya jadi lebih
tahu tentang
kehamilan saya. “
Bidan Dwi : “
Baiklah saya akan memeriksa tekanan darah Ibu dulu
(memeriksa TD dan BB).
Eh apa Ibu punya darah tinggi?
“
Bu Putri :
“ Alhamdulilah
Bu, Saya tidak punya darah tinggi. “
Bidan Dwi : “
Bagaimana dengan yang lainnya? Misalnya kencing manis,
dan sakit kuning? “
Bu Putri :”
Wah alhamdulilah
Bu saya tidak pernah mengalaminya (selesai diperiksa).
“
Bidan Dwi : “
Oh baguslah kalau begitu. (duduk kembali)
Hasil TD Ibu juga bagus.
“
Bu Putri :
“ Alhamdulilah.Terimakasih
Bu atas pemeriksaannya. Kami pamit untuk pulang.
Bidan Dwi : “
Bu Esti antarkan pasien ini. Ya Bu, Bapak hati-hati ya
Pak dijalan. Istrinya
sedang hamil muda.”
Bapak :
“ Oh iya Bu
Bidan, terimakasih.”
Narator :
Saat Bu Putri dan Pak Wanto keluar mereka bertemu dengan mertua Bu Eka.
Bu Putri :
“ Eh Bapak itu bukannya
Ibu ya?”
Pak Wanto : “
Eh iya.Bu siapa yang sakit?”
Bu Eka :
“ Eh kamu Nak,bagaimana
istrimu sudah diperiksa? Itu anak mantu Ibu Yanti
sudah melahirkan,ibu ingin menengoknya.”
Pak
Wanto : “Sudah Bu dan alhamdulilah
perkiraannya benar,istri saya hamil muda.”
Bu
Eka : “Alhamdulilah.
Ya sudah mau ikut tidak?”
Bu Putri :
“Oh iya ya,itu
mba Asri Pak sudah melahirkan.ayo kita tengok kesana.”
Bu Eka : “Oh
ya sudah ayo kita jalan kesana.”
Narator :
“Bu Eka,Bu Putri dan Pak Wanto menuju ruang persalinan.”
Bu Putri :
“Hallo Mba?
Bagaimana anaknya cewek apa cowok?”
Bu Asri :
“Eh kamu Put,
ini lho anak saya cowok. Hallo Tante, aku ganteng kan?”
Pak Wanto : “Aduh Cowok, selamat ya Bung. Aku jadi ikut bahagia,
sepertinya nanti istri
Saya menghadiahkan anak cewek,jadi nanti
kita bisa menjadi besan.”
Bu Putri :
“Hemmm, Bapak ini bisa saja.”
Narator :
“Begitulah kisah dari mereka, akhirnya mereka tersenyum bahagia atas kelahiran anak Pak
Anang dan Bu Asri.”
Semoga Roll Play dari kami dapat
bermanfaat. Kesalahan dan kekurangan hanya milik Kami dan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dan
kesederhanaan adalah wujud dari ketaatan kami dengan Sang Pencipta.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar