Minggu, 22 Desember 2013

Drama Etikolegal

Penerapan Pelayanan Kebidanan



Disusun Oleh :
Kelas           : 1A
Kelompok   : 4
Prodi          : DIII Kebidanan
Anggota : 1. Agus Setyoningsih  ( B1301017 )     Sebagai Bidan 3
                2. Arini Camalia           ( B1301025 )                  Ibu Eka
                3. Desti Eka Saputri     ( B 1301032 )                 Bapak Warto
                4. Dian Rakhmawati   ( B1301035 )                  Ibu Asri
                5. Dwi Nugraheni         ( B1301041 )                  Bidan 1
                6. Dwiki Endah P.       ( B1301043 )                  Narator
                7. Endang Istiarini        ( B1301049 )                  Bapak Anang
                8. Eti Purnaningsih     ( B1301052 )                  Ibu Putri
                9. Fitriana Puspitasari                                         ( B1301054 ) Bidan 2
               10. Fitrilia Maya Surya                                         ( B1301056 ) Ibu Yanti





STIKES MUHAMMADIYAH GOMBOG
2013

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Narator            : Di suatu pagi di Kota Kebumen terdapat keluarga kecil sangat harmonis yang
  sedang sarapan pagi bersama. Yaitu keluarga bapak Anang yang mempunyai
   istri yang bernama Asri, mereka tinggal bersama dengan Ibu Anang yang
   bernama Yanti. Asri sedang hamil anak pertama yang saat ini sudah memasuki
   usia 9 bulan mereka berbincanng-bincang mangenai persiapan kelahirannya.
Bu Asri            : ” Pah bagaimana ini, saat ini kehamilan mamah sudah memasuki minggu
   minggu terakhir? Menurut  perkiraan bidan minggu depan tanggal kelahiran
   bayi kita, pah? “
Pak Anang      : “ Oh iya. Sudah kita nanti kerumah bidan. Kebetulan papah sudah mengurus
  surat cuti jadi bias menemani mamah. “
Bu Asri            : “ Mamah bangga sama papah deh. Bapak memang suami yang siaga. I love you  pah. ”
Pak Anang      : “ Iya dong mah. I love you too. “
Bu Yanti         : “ Aduh Nak. Kalian ini romantis banget. ”
(Asri & Anang tersenyum.)
Bu Asri            : Iya dah, makannya udah selesai kan. Ayo kita siap-siap pah? ”
Pak Anang      : “ Iya mah, papah tunggu di mobil yaa? ”
Bu Asri            :
Iya pah. Saya beres-beres piring dulu.
Bu Yanti         : Gak usah nak . Biar ibu saja, sudah kalian berangkat saja ?
Bu Asri            :
Tidak apa-apa ibu saya bantu .
Pak Anang      : Mah, sudah selesai apa belum ?
Bu Asri            :
Iya pah tunggu sebentar . Kayaknya ada yang enggak sabar nih ?
Bu Yanti         :
Ini sudah selesai ayo . Saya antar kedepan.
Bu Asri            :
Iya bu ayo. Kalau begitu saya pamit dulu ya bu.
Narator            : Diperjalanan mereka sangat asik menikmati pemandangan yang mereka temui, tiba-tiba Bu Asri merasa ada kontraksi sedikit pada kehamilannya .Dan Pak Anang mempercepat jalan mobilnya. Sementara di klinik Permata Ibu tampak tiga bidan sedang berbincang-bincang mengenai suatu hal yang terdiri dari dua senior dan satu bidan junior yang baru magang beberapa hari.
Bidan  Esti      : Begini bu. Saya kan sudah dua tahun magang disini, saya bermaksud
   mendirikan pratek bidan mandiri dan otomatis harus mengurus SIPB  tapi saya
   masih bingung mengenai kelengkapan syarat-syarat yang harus diajukan. ”
Bidan Dwi         : “ Oh begitu bagus itu bu, kalau mengenai surat-suratnya saya dulu diajukan kekantor Departemen Kesehatan Kabupaten kebumen karena kebetulan pratek mandiri di Adikarto.
Bidan Esti       : “ Lah mengenai surat-surat yang diajuin itu apa saja bu takut salah apa kurang.
Bidan Fitri       : “ Menurut pelajaran yang saya peroleh dulu meliputi :
1.      Fotocopy SIB yang berlaku
2.      Fotocopy STR
3.      Surat persetujuan atasan
4.      Surat kesehatan dari dokter
5.      Rekomendasi dari organisasi profesi
6.      Rekomendasi kepala Depkes setempat
7.      Pas photo ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar.
Bidan Esti                   : “ Banyak banget ya bu memang sebagian sudah saya siapkan tetapi insyaallah
   sehabis pulang pelatihan akan saya ajukan sambil melengkapi kekuranganya.
Bidan Fitri       : “ Disampng hal tersebut alat-alat dan tempat pratek harus sesuai standar dan
                          juga harus memiliki  kemampuan dan skil yang professional karena  akan
 disurvei oleh petugas kesehatan.
Bidan Esti         : “ Kalau hal tersebut sudah disiapkan dari dulu. Untuk menambah pengetahuan
    besok saya akan mengikuti pelatihan di Yogyakarta dan kebetulan ditunjuk
    oleh pihak klinik.
Bidan Dwi      : “ Bagus sekali berarti benar-benar sudah disiapkan semoga bisa terlaksana.
Bidan Esti       : “ Amin. Bu gimana SIBnya sudah diajukan belum. ”
Bidan Fitri       : “Alhamdullilah minggu depan, kebetulan dikoordinir oleh STIKES Muhamaddiyah Gombong yang diajukan ke Kantor Depatermen Kesehatan Provinsi Jawa Tengan tepatnya Semarang tapi kapan SIB saya terima belum tahu.
Bidan Esti       : “ Saya dulu sekitar satu setengah tahun.
Bidan Fitri       : “ Lama banget ya.
Bidan Dwi      : “ Ya lah bu kansatu provinsi banyak lulusan bidan maka lama. Untuk mengurus
                          SIB syaratnya apa saja?
Bidan Fitri       : “ Kalau tidak salah meliputi
1.         Fotocopy ijazah kebidanan
2.         Fotocopy nilai transklip
3.         Keterangan sehat dari dokter
4.         Pas photo 4x6 sebanyak 2 lembar.
Bidan Dwi      : “ Masih sama kaya dulu.
Bidan Esti       : “ Ibu-ibu kalau begitu saya pamit mau berangkat ke Yogyakarta sekitar satu
    mingguan. Terima kasih atas informasinya dan tetap semangat ya walaupun
    tidak ada saya. ”
Bidan Dwi      : “ Iya bu, hati-hati dijalan jangan lupa ilmunya dibagi-bagi.
Bidan Esti       : “ Iya bu, Assalamu’laikum.
B.Dwi & Fitri  : “Wa’laikumsalam.
Narrator           : Bidan Esti pergi, bidan Dwi dan Fitri melai menempati tempat kerja masing-
   masing untuk bertugas, sesaat kemudian keluarga pak Anang sampai diklinik.
Bu Asri            : Assalamualaikum.
Bidan Fitri       : Waalaikumsalam. Silahkan masuk Ibu,Bapak. Silahkan duduk!
Pak Anang      : Ayo Mah. Pelan saja.
Bidan Fitri       : Bagaimana Ibu Asri dengan kehamilan Ibu?  Ini sudah memasuki minggu-
  minggu terakhir.
Bu Asri            : Alhamdulilah Bu baik saja. Tapi ini saya seperti ada kontraksi dalam perut
                          saya ini !
Pak Anang      : Iya ini Bu tadi kata istri saya, dia mulai merasa kontraksinya saat di
  perjalanan.
Bidan Fitri       : Oh baiklah Bu Pak. Mungkin biar Bidan Dwi saja yang mengecek, mungkin
saja itu sudah menandakan pembukaan terakhir. Tapi sebelumnya tolong Bapak      tanda tangan dulu untuk data identitas.
Narator            :  Setelah menanda tangani data identitas pasien diantar ke ruang Bidan Dwi.
Bidan Fitri       : Assalamualaikum Bu !
Bidan Dwi      : Waalaikumsalam.
Bidan Fitri       : Ibu ini ada keluarga Pak Anang yang mau mengecek kehamilan.
Bidan Dwi      : Oalah Pak Anang dan Bu Anang. Mangga-mangga masuk Bu Pak.
                          Aduh senangnya ya Bu ini sudah minggu-minggu terakhir.
Bu Asri            : Iya Bu, tapi ini lho perut saya sepertinya calon dedenya berkontraksi
                           kencang sekali Bu.
Bidan Dwi      : Oh ya Bu? Kalau begitu silahkan berbaring dulu. Pak Anang tunggu sebentar
                          ya. Saya periksa dulu Ibu Anangnya.
Narator            : Bidan Dwi memeriksa namun pada saat memeriksa Bidan Dwi menemukan kelainan pada posisi bayi. Kemudian Bidan Dwi mengkoordinaskan pada Bidan Fitri bahwa posisi bayinya sungsang.
Bidan Dwi      : “Sebentar ya Pak, Bu saya tinggal dulu.”
Narator            : Diruang Bu Fitri
Bidan Dwi      : “Bu Fitri, bagaimana ya Bu Asri memiliki kelainan pada posisi bayinya.”
Bidan Fitri      : “Memangnya kenapa dengan posisinya?”
Bidan dwi       : “Posisi bayinya sunsang, bagaimana kalau kita rujuk saja ke rumah sakit?”
                        “Ini sudah memasuki bukaan lima.”
Bidan Fitri      : “Saya pikir juga begitu bu.”
Narator            : Bidan Dwi  dan Bidan Fitri kembali ke ruang bersalin.
Bidan Dwi      : “Bapak, Ibu begini setelah saya mengecek kehamilan Ibu Asri ternyata posisi bayinya sungsang, jadi apakah Bapak dan Ibu bersedia untuk di ruju?”
Bu Asri            : Aduh aduh aduh sakit Bu. Sudah Bu saya tidak usah dirujuk, di sini saja
                           melahirkannya.
Bidan Dwi      : Bu lebih baik duduk dulu. Bu Esti tolong jelaskan tentang ini. (menyerahkan
              aturan wewenang kebidanan)
Bidan Fitri       : Baiklah Ibu Bapak…silahkan duduk kembali. Begini Bapak Ibu…Ibu
disarankan untuk dirujuk dengan alasan letak janinnya tidak sesuai. Dan  
dibutuhkan langkah episiotomy”
Pak Anang      : Episiotomi itu apa Ya Bu?
Bu Esti                        :  Cara melahirkan dengan melebarkan dinding perenieum sang Ibu.
Bu Asri            : Memang kalau saya melahirkan disini itu tidak bisa?
Narator            :   Bidan Dwi memulai untuk menjelaskan.
Bidan Dwi      : Oh iya mungkin masih bisa karena disini berat janin Ibu itu 2800 gram.Tetapi
   untuk ketertiban dalam kewenangan seorang bidan.Saya mohon bapak tanda
   tangan surat persetujuan inform consent disini.
Bidan Fitri       : Iya benar itu Pak. Karena sebenarnya ini bukan kewenangan bidan.”
Pak Anang      : Oh begitu Bu. Melebarkan jalan janin itu apa tidak berefek pada kesehatan istri
  atau anak saya?
Bu Dwi           : Saya bantu menjelaskan Bu Fitri. Begini Pak efeknya itu hanya
  sedikit, dirasakan nanti setelah Ibu melahirkan. Mungkin jika nanti
melebarkannya terlalu lebar maka Ibu harus diet sampai jaitan itu kering.
Bu Asri            : Aduh Bu saya takut, ngeri kalau gitu.
Bidan Firi        : Ibu tenang saja karena sebelum melahirkan Ibu bisa dibius mati rasa. Agar
  tidak  merasakan sakit. Tapi ini terserah Ibu dan Bapak keputusannya.
Bu Asri            : Bu memang luka jahitannya itu bisa sembuh berapa hari?
Bidan  Fitri      :Umumnya luka jahitan membaik 5-7 hari post partum atau setelah melahirkan.
                           Tapi jika terjadi infeksi lebih baik segera ke dokter, karena jahitan bisa
   membuka lagi bila terjadi infeksi pada vagina.
Bu Asri             : Oh ya sudah Bu tidak apa-apa. Aduh … aduh … aduh Bu tolong!!! Sepertinya
 saya sudah mau melahirkan.
Pak Anang      : Bu ayo Bu tolongin istri saya. Saya mau menelpon Ibu saya dulu.
Pak Anang      : Assalamualaikum. Ibu Bu Ibu tolong bawakan baju-baju yang ada di tas dalam
   kamar ini istri saya sedang melahirkan di Puskesmas.
Bu Yanti         : Waalaikumsalam, iya iya Nak. Ibu segera ke situ.
Pak Anang      : Iya Ibu terimakasih. Hati-hati dijalan. Wasalamualaikum.
Bu Yanti         : Oh iya, semoga proses melahirkannya lancar. Ini Ibu mau berangkat.
   Waalaikumsalam
Narator            :  Setelah beberapa menit kemudian Ibu Yanti sampai.
Bu Yanti         : Ini Nak,bagaimana istrimu melahirkannya dengan normal?
Pak Anang      : Ibu alhamdulilah tapi sedang proses. Dan sayangnya proses melahirkannya
  dengan  Melebarkan jalan lahirnya Bu, letak calon bayinya sungsang.
Bu Yanti         : Oh ya sudah tidak apa-apa. Bu Bidan lebih berpengalaman, berdoa saja Nak.
Pak Anang      : Ya sudah Bu…Ibu tunggu sebentar disini. Saya mau menemani istri saya
  dulu.
Narator            : Bidan Fitri memeriksa Bu Asri ternyata pembukaanya sudah lengkap dan Bidan Dwi membantu melahirkan janinnya.
Bidan Dwi      : Bu Esti tolong siapkan alat-alat,dan panjenengan pakai APBD yang lengkap ya
  Bu.
Bidan Fitri       : Baiklah Bu. Pak tolong Bapak pegangin tangan Istri Bapak.
Pak Anang      : Baiklah Bu. Yang kuat ya sayang.
Bidan Fitri       : Sebelumnya Ibu baca basmallah dulu bisa?
Ibu Asri           : Bissmillahirokhmanirokhim.
Bidan Dwi      : Baiklah Bu saya akan menyuntik mati rasa. Maaf ya Bu.
Narator            :  Setelah di mati rasa Bidan Dwi melebarkan bagian perineum dengan
   menggunakan gunting khusus.
Bidan Fitri       : Ibu ikuti perintah saya ya, silahkan Ibu mengejan. Ambil nafas dari hidung
   kemudian keluarkan dari mulut. Satu .. dua … tiga!
Bu Asri            : (Mengejan)
Pak Anang      : Ayo Mah yang kuat..sebentar lagi keluar.
Bidan Dwi      : Terus Ibu terus…sudah kelihatan pantatnya.
Bidan Fitri       : Ayo Ibu lagi !
Narator            :  Beberapa menit kemudian bayi itu lahir dengan selamat dan sehat. Dan setelah
  Bidan Dwi  menjahit perineum sang ibu, Bidan Fitri membersihkan bayi dan
  menyerahkan pada Ibu untuk dilakukan IMD.
Bidan Dwi      : Alhamdulilah Bu akhirnya kita bisa menyelamatkan keduanya selamat ya Bu
  Pak atas kelahiran anak pertamanya laki-laki.
Pak Anang      : Terimakasih Bu Bidan.
Bu Yanti         : Aduh … aduh …. Cucuku sudah lahir. Gantengnya ya?
Pak Anang      : Tentu. Siapa siapa dulu ayahnya.
Narator            :  Pada sore harinya sepasang suami istri yang bernama Bu Putri dan Pak Wanto
Datang untuk memeriksakan kehamilan Bu Putri. Pada saat itu pula keluarga Pak Anang masih berada di BPM. Pada saat itu BidanEsti sudah kembali dan sudah jaga diklinik,sementara itujuga Bidan Fitri mau cuti beberapa hari untuk mengurus SIB.

Bu Putri           : “ Sore bu bidan. “
Bidan 
Esti       : Sore juga, mari silahkan masuk duduk dulu bu?  
Bu Putri
          : “ Maksih bu, “
Bidan
Esti       : Ada yang bisa saya bantu Bu?
Bu Putr
i           :Saya ingin periksa kehamilan saya bu bidan, ya kan pak? “
Pak Wanto
      : “ Iya bu “.
Bidan Esti       : Baiklah kalau begitu, tapi sebelumnya isi formulir dulu ya Pak. Sebelumnya
                          Ini dengan keluarga siapa?
Pak Wanto      : Iya Bu. Pak Wanto dan ini istri saya Bu Putri.
Bidan Esti       : Ini kehamilan yang keberapa Bu?
Bu Putri           : Kehamilan yang pertama dan pemeriksaan yang pertama juga Bu.
Pak Wanto      : Ini sudah selesai Bu.
Bidan Esti       : Ya, terimakasih Pak. Mari Pak Bu saya antar ke ruang Bidan Dwi.
Narator            :  Bidan Esti mengantar pasien sampai ke ruangan Bidan Dwi.
Bidan Esti       : Ibu maaf ini ada keluarga dari Bapak Wanto ingin memeriksa kehamilan.
Bidan  Dwi     : “Oh iya terimakasih Bu.Silahkan duduk.Baiklah sambil kita bicara nanti, bapak
  &  ibu silahkan bertanya bila kurang jelas dan jangan sungkan untuk bercerita,
  karena cerita bapak & ibu akan terjaga kerahasiannya. “
Pak Wanto      : “ Maksud bu bidan, dengan terjaga kerahasiannya, apa tha bu?”

Bidan Dwi      : “ Maksud saya tidak akan bicara pada siapa pun, sudah menjadi hak bapak dan
                          Ibu mendapatkan konseling yang terjaga kerahasiaan nya “.
Pak Wanto      : “ Oo.. gitu.
Bidan Dwi      : “ Baiklah nah, sekarang mari kita membahas informasi yang benar dan
                          bekerjasama untuk memecahkan masalah yang ibu hadapi, apa yang bisa saya
                          bantu? “  
Bu Putri           : “ Aa.begitu akhir-akhir ini saya sering mual dan muntah saya jadi malas untuk
               makan melihat makanan saja sudah mual Bu.Apalagi kalau makan. “
Bidan Dwi      : Oh begitu.jadi seperti ini ya Bu saya jelaskan.Mual dan muntah itu disaat
                          TM 1 memang sudah menjadi kebiasaan.Kondisi seperti itu tidak apa-apa
                          ko Bu, itu sudah wajar terjadi.Tidak perlu khawatir.
Bu Putri           : Oh begitu Bu saya juga takut kalau nanti calon anak saya kekurangan gizi.
                           Tapi Bu Bidan apa benar kalau saya ngidam dan suami saya tidak bisa
                           memberikan yang saya mau, nanti saat bayi saya lahir dia bisa ngeces gitu ya?
Bidan Dwi      : Begini Bu sebenarnya ngidam itu bukan keinginan dari bayi, itu keinginan
                          Ibu semata. Nah kenapa bayi bisa ngeces? Itu karena saat hamil, Ibu itu per-
                          percaya bahwa ngidam adalah keinginan sang janin.Bila ngidam itu tidak
                          terlaksanakan Ibu terus memikirkannya dan itu dapat terpengaruh pada janin.
Pak Wanto      : Jadi kalau saya tidak bisa memberikan yang istri saya ngidamkan tidak
                          berbahaya ya Bu Bidan?

Bidan Dwi      : Saya senang Pak Wanto bertanya, Bapak tidak perlu khawatir selama Bu Putri
                          yakin bahwa itu bukan keinginan dari bayi dan jangan dipikirkan. “
Bu Putri           : Iya Bu Bidan, lalu makanan apa yang harus saya konsumsi agar bayi saya
                          sehat?
Bidan Dwi      : Bu Putri harus banyak makan sayur-sayuran hijau. Seperti bayam buah-buahan
                           kurangi makanan setengah matang,dan lebih baik hindari makanan yang
                          mengandung banyak pengawet dan micin. Karena bisa mengganggu kehamilan
                          ibu. “
Bu Putri           : Iya Bu Bidan, sepertinya menarik sekali ya. Saya jadi lebih tahu tentang
                          kehamilan saya. “
Bidan Dwi      : Baiklah saya akan memeriksa tekanan darah Ibu dulu (memeriksa TD dan BB).
                          Eh apa Ibu punya darah tinggi?
Bu Putri           : Alhamdulilah Bu, Saya tidak punya darah tinggi.
Bidan Dwi      : Bagaimana dengan yang lainnya? Misalnya kencing manis, dan sakit kuning?
Bu Putri           : Wah alhamdulilah Bu saya tidak pernah mengalaminya (selesai diperiksa).
Bidan Dwi      : Oh baguslah kalau begitu. (duduk kembali)
                           Hasil TD Ibu juga bagus.
Bu Putri           : Alhamdulilah.Terimakasih Bu atas pemeriksaannya. Kami pamit untuk pulang.
Bidan Dwi      : Bu Esti antarkan pasien ini. Ya Bu, Bapak hati-hati ya Pak dijalan. Istrinya
                          sedang hamil muda.”  
Bapak              : Oh iya Bu Bidan, terimakasih.
Narator            : Saat Bu Putri dan Pak Wanto keluar mereka bertemu dengan mertua Bu Eka.
Bu Putri           : Eh Bapak itu bukannya Ibu ya?
Pak Wanto      : Eh iya.Bu siapa yang sakit?
Bu Eka                        : Eh kamu Nak,bagaimana istrimu sudah diperiksa? Itu anak mantu Ibu Yanti
                          sudah melahirkan,ibu ingin menengoknya.”
Pak Wanto      : “Sudah Bu dan alhamdulilah perkiraannya benar,istri saya hamil muda.”
Bu Eka                        : “Alhamdulilah. Ya sudah mau ikut tidak?”
Bu Putri           : Oh iya ya,itu mba Asri Pak sudah melahirkan.ayo kita tengok kesana.
Bu Eka                        : “Oh ya sudah ayo kita jalan kesana.”
Narator            : Bu Eka,Bu Putri dan Pak Wanto menuju ruang persalinan.
Bu Putri           : Hallo Mba? Bagaimana anaknya cewek apa cowok?
Bu Asri            : Eh kamu Put, ini lho anak saya cowok. Hallo Tante, aku ganteng kan?
Pak Wanto      : Aduh Cowok, selamat ya Bung. Aku jadi ikut bahagia, sepertinya nanti istri
                            Saya menghadiahkan anak cewek,jadi nanti kita bisa menjadi besan.”
Bu Putri           : Hemmm, Bapak ini bisa saja.
Narator            : Begitulah kisah dari mereka, akhirnya mereka tersenyum bahagia atas kelahiran  anak Pak Anang dan Bu Asri.”

Semoga Roll Play dari kami dapat bermanfaat. Kesalahan dan kekurangan hanya milik Kami dan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dan kesederhanaan adalah wujud dari ketaatan kami dengan Sang Pencipta.
                          
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar