MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN V KOMUNITAS
APLIKASI
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN
Disusun Oleh:
1. Dian Rakhmawati (B1301035)
2. Dian
Tikamala (B1301036)
3. Dina
Dwi Septiani (B1301037)
4. Dina
Fransiaka P. (B1301038)
5. Dina
Marlin PH. (B1301039)
6. Dwi
Alfi Mujahidah (B1301040)
7. Dwi
Nugraheni (B1301041)
8. Dwi
Wahyuningsih (B1301042)
9. Dwiki
Endah P. (B1301043)
10. Fitriana
Puspita Sari (B1301054)
Kelompok
3
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
GOMBONG
|
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Makalah Asuhan Kebidanan V Komunitas tentang Aplikasi Epidemiologi dalam Kebidanan“ dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Madkhan Anis, S.Kep,Ns, selaku ketua
STIKes Muhamadiyah Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan
pengetahuan di sekolah ini.
2. Ibu
Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku ketua program studi DIII Kebidanan
di STIKes Muhamadiyah Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan
pengetahuan di sekolah ini.
3. Bapak
Sarwono, S.KM,
selaku dosen pembimbing
yang telah memandu kami dalam
penulisan laporan ini.
4. Serta
semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada
sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah yang telah penulis buat,
baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran
kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Stikes Muhammadiyah Gombong maupun lingkungan masyarakat.
Kebumen,
27 Juli 2015
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
JUDUL..................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.
Tujuan ..................................................................................................... 1
D.
Manfaat................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian................................................................................................ 3
B.
Tujuan...................................................................................................... 3
C.
Manfaat................................................................................................... 4
D.
Terjadinya Masalah Kesehatan................................................................ 4
E.
Faktor resiko dalam Pelayanan Kebidanan.............................................. 5
F.
Ukuran Epidemiologi............................................................................... 6
G.
Surveilans Epidemiologi.......................................................................... 6
H.
Tahap-tahap Pendekatan Epidemiologi................................................... 7
I. Epidemiologi Informasi........................................................................... 7
J.
Ukuran Frekuensi...................................................................................... 8
K.
Angka Mutlak dan Rate.......................................................................... 9
L.
Episode, Orang, atau Kunjungan........................................................... 10
M.
Definisi Kasus....................................................................................... 11
N.
Indikator Kesehatan.............................................................................. 11
O.
Prinsip-prinsip Demografi..................................................................... 12
P.
Angka-angka Kependudukan................................................................ 13
BAB III KASUS
A. Kasus....................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 17
B.
Saran........................................................................................................ 17
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang baik, oleh
karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat, namun dalam praktek sehari-hari ternyata
tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya
merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan
masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan
juga beraneka ragam, untuk mengatasinya telah diperoleh semacam kesepakatan
bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk
mengetahui frekwensi, penyebaran dan faktor- factor yang mempengaruhi suatu
masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang ilmu
khusus yang disebut dengan epidemiologi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
epidemiologi dalam layanan kebidanan?
2. Apa tujuan epidemiologi
dalam layanan kebidanan?
3. Bagaimana terjadinya
masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan?
4. Bagaimana cara
melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang
sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2. Mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.
|
4. Mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan
komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.
D.
Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan
kebidanan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans
sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan
kesehatan dan komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Epidemiologi
bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti:epi yaitu tentang, demos
artinya masyarakat, dan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi secara bebas
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara
masyarakat atau ilmu yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan
mencegah terulangnya kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji
distribusi serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi
dalam layanan kebidanan (Slamet, 2007).
B.
Tujuan
Tujuan epidemiologi
dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu selama
periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.
1.
Tujuan Umum
a.
Meneliti populasi manusia,
namun sekarang metodenya berlaku juga bagi peneliti lain-lain populasi.
b.
Mengendalikan wabah saja,
yakni dalam arti epidemologi yang sangat sempit hanya menyangkut penyakit
menular.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memformasikan hipotesa yang
menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar karakteristik waktu,
tempat, host dan agent potensial.
b.
Menguji hipotesa dengan
menggunakan penelitian yang dirancang secara khusus untuk dapat mengungkapkan
penyebab penyakit.
c.
|
d.
Membantu membuat klasifikasi
penyakit atas dasar penelitian etiologis.
e.
Mengungkapkan perjalanan
suatu penyakti untuk menentukan prognosis penyakit. (Slamet, 2007)
C.
Manfaat
1. Mempelajari riwayat
penyakit.
2. Diagnosis masyarakat.
3. Mengkaji risiko yang ada
pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi.
4. Pengkajian, evaluasi,
dan penelitian.
5. Melengkapi gambaran
klinis.
6. Identifikasi sindrom.
7. Menentukan penyebab dan
sumber penyakit.
D. Terjadinya Masalah
Kesehatan
Menggunakan paradigma
epidemologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
sebagai hasil akhir interakis antara penjamu, agen dan lingkungan yaitu:
1. Penjamu (Ibu Hamil)
Faktor yang terdapat pada
diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit.
Faktor tersebut banyak macamnya, yaitu:
a. Faktor keturunan
Dalam dunia kebidanan banyak
penyakit yang dapat diturunkan seperti alergis,
kelainan jiwa dan lain-lain
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Jika
pertahanan tubuh baik maka segala penyakit bisa diatasi.
c. Umur
Pada ibu hamil primigravida
<20 tahun rentan terhadap abortus, karena system reproduksi belum matang.
d. Jenis kelamin
e. Ras
f. Status perkawinan
g. Pekerjaan
h. Kebiasaan hidup
2. Agen (Hasil Konsepsi)
Janin atau fetus yang ada
dalam kandungan ibu hamil.
3. Lingkungan
Lingkungan sosial kesehatan
serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.
E. Faktor-faktor Resiko
dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor-faktor resiko bagi
kematian ibu hamil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu:
1.
Faktor Reproduksi
a. Usia
Umumnya usia wanita hamil
normalnya 20-35 tahun.
b. Paritas
Semakin tinggi paritas maka
semakin tinggi resiko komplikasinya.
c. Kehamilan tak di inginkan
KTD bisa memungkinkan bagi
calon orang tua untuk melakukan terminasi, sehingga mengakibatkan berbagai
komplikasi.
2.
Faktor-Faktor Resiko
Kehamilan
a.
Perdarahan pada abortus
spontan
b.
Kehamilan ektopik
c.
Perdarahan pada kehamilan TM
III
d.
Perdarahan post partum
e.
Infeksi nifas
f.
Gestosis
g.
Distosia bahu
h.
Abortus provokatus
3.
Faktor Pelayanan Kesehatan
a.
Kesukaran untuk memperoleh
pelayanan kesehatan maternal
b.
Asuhan medis kurang baik
c.
Kekurangan tenaga kesehatan
yang ahli dan obat-obatan esensial
d.
Faktor-faktor sosial budaya
e.
Kemiskinan dan
ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan
f.
Kebodohan atau ketidaktahuan
g.
Status wanita yang rendah
h.
Pantangan makanan tertentu
pada ibu hamil
F. Ukuran Epidemologi
Secara Subtantif menurut
peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemologi dibedakan atas ukuran fertilitas
( peristiwa kelahiran ), ukuran morbiditas, dan ukuran moralitas, sedangkan
berdasarkan aspek statistic yang dievaluasi, ukuran epidemiolohi dibedakan atas
ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
1.
Kasus insiden dan prevalens
Kasus insiden adalah kasus
baru yang didapatkan selama periode tertentu, sedangkan kasus prevalens adalah
jumlah kasus (lama) yang ada pada satu titik waktu pengamatan tertentu.
2.
Moralitas
Death risk dan death rate
menyatakan tingkat kematian secar umum tanpa memandang sebab kematian, biasanya
digunakan untuk populasi atau kelompok berukuran besar.
G. Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah proses
pengumpulan, analisi, interpretasi dan penyebaran informasi deskriptif secara
kontinu dan sistematik untuk pemantauan masalah kesehatan. Sistem surveilans
adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat
berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang local sampai dengan internasional.
Tujuan surveilans:
1. Epidemiologi deskriptif masalah kesehtan
Sasaran utama disini adalah
pemantauan trend.
2. Kaitan dengan pelayan kesehatan
Ditingkat komunitas,
surveilans acap kali merupakan bagian integral
penyampaian pelayanan preventif dan terapiutik atau pun profilaksisnya
dapat diberikan.
3. Kaitan dengan penelitian
Data surveilans saja umumnya
tidakcukup rinci bagi penelitian, namun dapat member arahan bagi peneliti untuk
malakukan penyelidikan lebih lanjut.
4. Evaluasi intervensi
Evaluasi efek intervensi
bersifat kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak layak dikerjakan.
5. Proyeksi
Data pemantauan trend
dibutuhkan oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan kesehatan
diwaktu mendatang.
6. Pendidikan dan kebijakan kesehatan
Dengan penyebar luasan secara efektif,
data survailans dapat dimanfaatkan pula oleh public, media dan pemimpin
politik.
H.
Tahap- tahap Pendekatan Epidemiologi
1. Epidemiologi deskriptif
Tahap
ini mempertanyakan:
a. Apakah yang menjadi
masalah?
b. Berapakah besar
masalahnya?
c. Siapakah yang terkena,
dimana dan bilamana
Jadi, menurut definisi diatas tahap ini berhubungan dengan
frekuensi dan distribusi atau masalah kesehatan.
2. Epidemiologi analitik
Tahap ini menganalisa sebab- sebab, atau
factor- factor penentu (determinants) dengan cara menguji hipotesis- hipotesis
untuk menjawab pertanyaan seperti:
a. Apa yang menyebabkan
terjadinya penyakit itu?
b. Mengapa kejadian itu
masih terus berlangsung?
I.
Epidemiologi dan Informasi
Epidemiologi berkaitan erat dengan informasi.
Informasi ini dibutuhkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program-
program kesehatan. Jenis- jenis data yang dibutuhkan untuk menyediakan
informasi tersebut dapat difikirkan dengan menjawab serangkaian pertanyaan
berikut:
APA
|
Yang menjadi masalah
kesehatan?
|
SIAPA
|
Yang terkena:
distribusinya menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dsb?
|
DIMANA
|
Masalah itu terjadi:
menurut tempat tinggal, tempat kerja dsb?
|
KAPAN
|
Masalah itu terjadi:
menurut hari, bulan, musim dsb?
|
BAGAIMANA
|
Masalah itu terjadi:
keadaan khusus, vector, sumber penularan, kelompok rentan, factor- factor
penentu lain?
|
MENGAPA
|
Masalah itu terjadi:
mengapa masih berlanjut terus
|
LALU, APA
|
Tindakan intervensi
yang telah dilakukan berdasarkan informasi yang ada, dan bagaimana
keberhasilannya?
Apakah telah terdapat
peningkatan kesehatan?
|
J.
Ukuran frekuensi
Dua jenis ukuran frekuensi penyakit yang paling sering digunakan
adalah insidens dan prevalens.
Perbedaan antara kedua ini perlu diketahui dengan jelas.
1. Insidens
Mengukur
terjadinya kasus baru selama suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
Ukuran ini merupakan petunjuk yang terbaik mengenai kecenderungan dari suatu
masalah kesehatan, apakah masalah itu meningkat, menurun atau tetap sama. Oleh
karena itu merupakan juga ukuran yang terbaik mengenai keberhasilan suatu
program kesehatan. Ukuran ini digunakan dalam system surveilans dan untuk
menganalisis pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.
Contoh: jumlah kelahiran dan
kematian selama setahun, jumlah kasus tetanus neonatrum yang ditemukan selama
setahun, jumlah kunjungan pertama ibu hamil ke klinik KIA selama sebulan,
jumlah kasus baru tuberculosis baru yang berobat selama setahun dan sebagainya.
2. Prevalens
Mengukur jumlah kasus yang aktif/ ada pada
suatu titik waktu tertentu, biasanya pada suatu hari tertentu. Mungkin lebih
sulit untuk menafsirkan prevalens daripada insidens oleh karena prevalens
merupakan paduan antara insidens dan rata- rata lamanya suatu penyakit berlangsung
(duration).
Contoh: jumlah
penderita tuberculosis baru yang terdaftar pada awal bulan, atau jumlah
tempat tidur rumah sakit yang terisi setiap hari.
Prevalens sangat
berguna untuk mengukur penyakit yang bersifat kronis, sedangkan insidens
berguna untuk penyakit yang berlangsung relative singkat, seperti (campak,
diare, pneumonia). Survey cross-sectional biasanya berguna
untuk mengukur prevalens penyakit kronis seperti kusta atau tuberculosis paru. Dalam keadaan yang stabil, insidens dan prevalens berhubungan menurut
rumus:
Prevalens
= insidens x rata-rata lama penyakit
Maka untuk penyakit kronis, insidennya per tahun
akan jauh lebih rendah daripada prevalensnya.
Contoh: angka prevalens
tuberculosis paru biasanya berkisar antara 0.5% - 10% (atau 5 – 10 kasus per
1000 penduduk), dan rata- rata lama penyakit yang tidak diobati adalah 4 – 5
tahun. Ini berarti angka insidens kasus baru
tuberculosis paru adalah antara 0.1 – 0.2 % (atau 1 -2 kasus per 1000
penduduk). Di daerah yang mempunyai system penemuan dan pelaporan kasus
tuberculosis paru yang baik, angka insidens dapat digunakan. Tetapi di daerah
yang sistemnya tidak dapat memberikan data yang dapat dipercaya, mungkin perlu
dilakukan survey-sectional untuk memperoleh angka prevalens.
K.
Angka Mutlak dan Rate
Insidens dan prevalens dapat disajikan sebagai
angka mutlak atau dihitung sebagai rate angka insidens atau angka prevalens.
Data yang tersedia biasanya merupakan angka mutlak, dan ini biasanya yang
dilaporkan dalam laporan rutin, dimana populasi yang terancam dapat dianggap
stabil menurut tempat dan waktu yang terbatas.
Melihat kecenderungan dalam waktu, atau
membandingkan frekuensi penyakit pada beberapa kelompok penduduk, atau beberapa
daerah maka penggunaan angka mutlak dapat menyesatkan. Besar populasi dan
distribusi umur pada kelompok- kelompok yang hendak dibandingkan perlu
diperhitungkan, untuk itu
insidens atau prevalens penyakit perlu ditanyakan sebagai rate (angka insidens
atau angka prevalens). Angka insidens atau angka prevalens sebagai pembilang
(numerator) dengan jumlah penduduk terancam sebagai penyebut (denominator). Penduduk
yang terancam ini mungkin adalah seluruh penduduk diwilayah kabupaten, atau
penduduk diwilayah tertentu saja yang lebih kecil, atau penduduk pada golongan
umur tertentu saja dsb.
Contoh:
1. Di kabupaten A yang
berpenduduk berjumlah 200.000 orang, dilaporkan sebanyak 40 kasus baru
tuberculosis paru selama tahun 1989. Maka angka insidens tuberculosis paru di
kabupaten tersebut dalam tahun 1989 adalah: Insidens rate = 40 / 200.000
= 0.2 kasus per 1000 penduduk per tahun.
2. Di kabupaten tersebut
pada akhir tahun 1989 tercata sebanyak 250 orang penderita tuberculosis paru
yang berobat. Maka angka prevalens tuberculosis paru pada akhir tahun 1989 adalah:
Prevalens
rate = 250 / 200.000
= 0.2 kasus per 1000 penduduk.
L.
Episode, Orang, atau Kunjungan
Sangat penting untuk membedakan apakah yang
dihitung itu orang, episode atau kunjungan. Untuk penyakit seperti ISPA dan
diare, seseorang dapat mengalami lebih dari satu kali episode (kejadian) dalam
setahun. Untuk setiap kejadian ia dapat dating berobat lebih dari satu kali
pula. Dipihak lain, seorang penderita tuberculosis paru akan dihitung sebagai
satu orang dan satu episode, tetapi mungkin berkunjung sampai 12 kali selama
setahun.
Mengetahui proporsi penduduk yang menderita
suatu penyakit kronis, kita harus menggunakan jumlah orang yang sakit. Untuk
menilai keberhasilan program penanggulangan malaria, kita harus menggunakan jumlah
episode (kejadian) baru yang terjadi selama (biasanya) satu tahun. Jika kita
ingin meneliti pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, kita harus menggunakan
jumlah kunjungan, baik kunjungan baru maupun ulangan.
M.
Definisi Kasus
Suatu kasus didefinisakn adalah sangat penting.
Hal ini sering kali kurang atau malah sama sekali tidak diperhatikan. Daftar
penyakit yang ada dalam formulir laporan bulanan tidak disertai definisi kasus
yang tegas. Pengisiannya terserah pada pertimbangan dokter atau perawat yang memeriksa,
atau malah terserah petugas R/R yang bertanggung jawab mengisinya. Misalnya
saja, penyakit ISPA dan influenza sering dicampur adukkan, sedangkan penyakit
tukak lambung yang sering didiagnosa tidak jelas batasannya. Apa yang disebut
kasus demam berdarah dengue (DBD) mungkin ditafsirkan secara berbeda dari satu
puskesmas ke puskesmas lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini
tentu saja akan sangat menyulitkan pembandingan.
Data yang satu dapat dibandingkan dengan data
yang lain, perlu dibuat definisi kasus yang jelas, dan definisi yang telah
dibuat itu perlu ditaati oleh semua orang yang membuat diagnose tanpa kecuali.
Contoh: kasus malaria klinis perlu didefinisikan secara jelas, begitu pula
kasus malaria definitive (confirmed) yang didukung dengan pemeriksaan sediaan
darah untuk beberapa penyakit tertentu perlu dibuat 2 atau 3 kriteria
diagnostic:
1. Diagnostic klinis dan
diagnostic pasti (dengan dukungan pemeriksaan laboratorium).
2. Possible case, probable
case dan confirmed case.
Sudah
tentu agar dapat dibandingkan satu daerah dengan daerah lain, criteria ini
harus secara nasional, bahkan secara international.
N.
Indikator Kesehatan
Indicator kesehatan
adalah ukuran yang dipilih dan dipakai untuk:
1. Menganalisa kasus yang
ada
2. Membuat perbandingan
3. Mengukur kecenderungan
dalam batas waktu
O.
Prinsip-prinsip Demografi
Informasi mengenai demografi pada umumnya
diperoleh dari sensus penduduk yang diadakan setiap sepuluh tahun. Sensus yang
terakhir di Indonesia diadakan pada tahun 1990. Disebuah
kabupaten yang berpenduduk 200.000 jiwa di Negara berkembang, distribusi
penduduk menurut kelompok umur mungkin akan terlibat sebagai berikut:
Table 1: Distribusi
Penduduk Menurut Umur
di Kabupaten Negara
Berkembang
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
|
PROPORSI (%)
|
POPULASI
|
1
|
4
|
8.000
|
1 – 4
|
14
|
28.000
|
5 – 14
|
26
|
52.000
|
15 – 44
|
43
|
86.000
|
45 +
|
13
|
26.000
|
JUMLAH
|
100
|
200.000
|
Proporsi bayi dibawah 12 bulan biasanya berkisar
3 – 4 % dari penduduk seluruh, proporsi anak usia 0 – 4 tahun berkisar antara
18 – 20 % (seperlima), dan proporsi anak usia 0 – 14 tahun berkisar antara 40 –
44 % (dua-perlima), apabila tingkat kesuburan masih tinggi. Apabila program KB
telah menunjukkan dampak, maka proporsi- proporsi itu akan lebih kecil. Wanita
usia subur (15b- 44 tahun) berkisar antara 20 – 22 % (seperlima). Pedoman kasar
ini dapat dipakai untuk memperoleh perkiraan apabila data yang benar tidak
dapat diperoleh.
Kepadatan penduduk dinyatakan dalam jumlah rata-
rata penduduk per km2. Kepadatan penduduk ini dapat bervariasi dari
satu wilayah ke wilayah lain dalam kabupaten. Pengetahuan tentang kepadatan
penduduk ini penting dalam perencanaan pelayanan kesehatan, terutama dalam
merencanakan pembangunan puskesmas atau puskesmas pembantu yang baru, dan dalam
menilai akses dan cakupan berbagai program kesehatan.
P.
Angka-angka Kependudukan
1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
Jumlah
kelahiran setahun x 1000 jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CBR
di daerah yang tingkat kesuburannya masih tinggi dapt mencapai 45 per 1000
penduduk, apabila tingkat kesuburan telah turun, CBR dapat mencapai 20 per 1000
penduduk. Dengan mengetahui CBR, dapat diperkirakan kelahiran yang akan terjadi
selama setahun.
2. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate – CDR)
Jumlah
Kematian Setahun x 1000 Jumlah Penduduk pada Pertengahan Tahun
CDR berkisar antara 10 – 20 per 1000 penduduk
3. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate – IMR)
Jumlah
Kematian Bayi 1 Tahun dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun
Tersebut
IMR dianggap sebagai
indicator yang sensitive bagi derajat kesehatan suatu masyarakat. Sebagian
besar kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupan, kematian pada masa
itu disebut kematian neonatal. Angka- angka diatas biasanya diperoleh dari
sensus penduduk atau dari survey- survey khusus yang diadakan untuk itu.
4. Angka Kematian Ibu Hamil / Bersalin (Maternal Mortality Rate – MMR)
Jumlah Kematian Ibu
Hamil/Bersalin dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun Tersebut
Angka ini sering
diabaikan, oleh karena dianggap terlalu kecil. Di Negara berkembang bisanya
berkisar antara1 – 5 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Di kabupaten yang
berpenduduk 200.000 orang dengan CBR 40 per 1000 dapat diperkirakan akan
terjadi 8 – 40 kematian ibu hamil / bersalin per tahun. Dalam hal ini lebih
penting diketahui angka mutlaknya daripada ratenya karena jumlahnya sangat
kecil. Di Negara-negara maju MMR berkisar sekitar 5 per 100.000 kelahiran,
berarti 100 kali lebih kecil dibandingkan dengan berkembang.
BAB III
KASUS
Di kabupaten A yang berpenduduk 200.000 jiwa, 4% diantaranya
adalah bayi usia 1 tahun (8000 bayi). Rencana program imunisasi adalah
memperbaiki cakupan DPT 3 tahun lalu (30%) sehingga mencapai cakupan nasional
sebesar 45%. Maka target bayi untuk DPT 3 tahun ini adalah 0.45% x 8000
= 3600 bayi. Target ini sebulan adalah 3600 : 12 = 300 bayi. Cakupan DPT 3
selama 6 bulan pertama adalah: januari 310, februari 300, maret 280, april 240,
mei 200, juni 170.
Bila diakumulatifkan maka:
Bulan
|
Cakupan
bulanan
|
Cakupan
kumulatif
|
Januari
|
310
|
310
|
Februari
|
300
|
610
|
Maret
|
280
|
890
|
April
|
240
|
1130
|
Mei
|
200
|
1330
|
Juni
|
170
|
1500
|
|
Selama 6 bulan pertama rata- rata cakupan
adalah 250 bayi sebulan. Dari grafik terlihat bahwa pada bulan- bulan pertama
program berjalan sebagaimana diharapkan, tetapi kemudian turun dibawah target.
Hal ini menunjukkan perlunya dikaji sebab- sebab mengapa program tidak berjalan
sebagaimana diharapkan. Alternatifnya adalah mencoba meningkatkan kegiatan dan
menetapkan target bulanan yang baru (350 bayi/ bulan) atau memutuskan bahwa
target semula adalah ambisius, dan secara realistis menurunkan target menjadi
250 /bulan, yang berarti 3000 /tahun, sama dengan cakupan sekitar 38%. Ini
sudah merupakan perbaikan dari hasil tahun lalu, tetapi masih kurang
dibandingkan dengan cakupan nasional tahun lalu.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemologi merupakan ilmu yang mempelajari
sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau ilmu yang mempelajari wabah
dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. Epidemiologi
dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa
morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan mengkaji distribusi dan
determinan peristiwa morbiditas dan moralitas yang terjadi dalam pelayanan
kebidanan. Dimana pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari
pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Pelayana kesehatan
dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau
seluruh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang berupaya
agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang pelayanan KIA, BBL, Nifas, KB dan pelayanan
komplikasi.
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina
pustaka Sarwono
Bari, Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:
Yayasan bina pustaka
Slamet. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar