Kamis, 06 Agustus 2015

APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN



MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN V KOMUNITAS
APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN
Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgcQXXDlARyRw8jW0f4UG85s84rxwZALoQ27uIrvczpdPXCPH1uRCMFfF2Nts0UfFXAtnw7uprOEbSWjCRABXS5gJqko8AQ3jl69SRZ4P7QAlY1ROoVc3EJYHqL6jTSZBV3K69B5O9rws/s1600/STIMUGO+C.jpg








              Disusun Oleh:
                              1. Dian Rakhmawati              (B1301035)
2.   Dian Tikamala                   (B1301036)
3.   Dina Dwi Septiani                        (B1301037)
4.   Dina Fransiaka P.              (B1301038)
5.   Dina Marlin PH.                (B1301039)
6.   Dwi Alfi Mujahidah         (B1301040)
7.   Dwi Nugraheni                 (B1301041)
8.   Dwi Wahyuningsih           (B1301042)
9.   Dwiki Endah P.                (B1301043)
10.     Fitriana Puspita Sari          (B1301054)

Kelompok 3


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
i
 
2015
KATA PENGANTAR

           
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul  Makalah Asuhan Kebidanan V Komunitas tentang Aplikasi Epidemiologi dalam Kebidanan“ dengan baik. Makalah  ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Bapak Madkhan Anis, S.Kep,Ns, selaku  ketua  STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan di sekolah  ini.
2.    Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan  di  sekolah  ini.
3.    Bapak Sarwono, S.KM, selaku  dosen  pembimbing  yang telah memandu kami dalam  penulisan  laporan  ini.
4.    Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya   laporan   ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
            Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan  ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Stikes Muhammadiyah Gombong  maupun lingkungan masyarakat.


                                                            Kebumen, 27 Juli 2015
                                                            Penyusun

ii
 
                       
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian................................................................................................ 3
B. Tujuan...................................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................................... 4
D. Terjadinya Masalah Kesehatan................................................................ 4
E. Faktor resiko dalam Pelayanan Kebidanan.............................................. 5
F. Ukuran Epidemiologi............................................................................... 6
G. Surveilans Epidemiologi.......................................................................... 6
H. Tahap-tahap Pendekatan Epidemiologi................................................... 7
I.  Epidemiologi Informasi........................................................................... 7
J. Ukuran Frekuensi...................................................................................... 8
K. Angka Mutlak dan Rate.......................................................................... 9
L. Episode, Orang, atau Kunjungan........................................................... 10
M. Definisi Kasus....................................................................................... 11
N. Indikator Kesehatan.............................................................................. 11
O. Prinsip-prinsip Demografi..................................................................... 12
P. Angka-angka Kependudukan................................................................ 13
BAB III KASUS
A.  Kasus....................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 17
B. Saran........................................................................................................ 17
iii
 
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta  memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang baik, oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat, namun dalam praktek sehari-hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam, untuk mengatasinya telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi, penyebaran dan faktor- factor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan epidemiologi.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan?
2.    Apa tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan?
3.    Bagaimana terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan?
4.    Bagaimana cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas?
C.  Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2.    Mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.   
1
 
Mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.    Mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.
D.  Manfaat
1.    Mahasiswa mampu mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2.    Mahasiswa mampu mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.    Mahasiswa mampu mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.    Mahasiswa mampu mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.


















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Pengertian
Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti:epi yaitu tentang, demos artinya masyarakat, dan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau ilmu yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan (Slamet, 2007).
B.  Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.
1.      Tujuan Umum
a.         Meneliti populasi manusia, namun sekarang metodenya berlaku juga bagi peneliti lain-lain populasi.
b.         Mengendalikan wabah saja, yakni dalam arti epidemologi yang sangat sempit hanya menyangkut penyakit menular.
2.      Tujuan Khusus
a.         Memformasikan hipotesa yang menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar karakteristik waktu, tempat, host dan agent potensial.
b.        Menguji hipotesa dengan menggunakan penelitian yang dirancang secara khusus untuk dapat mengungkapkan penyebab penyakit.
c.        
3
 
Mneguji validitas konsep pengendalian penyakit dengan menggunakan data epidemologis yang dikumpulkan sehubungan dengan program tersebut.
d.        Membantu membuat klasifikasi penyakit atas dasar penelitian etiologis.
e.         Mengungkapkan perjalanan suatu penyakti untuk menentukan prognosis penyakit. (Slamet, 2007)
C.  Manfaat
1.    Mempelajari riwayat penyakit.
2.    Diagnosis masyarakat.
3.    Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi.
4.    Pengkajian, evaluasi, dan penelitian.
5.    Melengkapi gambaran klinis.
6.    Identifikasi sindrom.
7.    Menentukan penyebab dan sumber penyakit.
D.  Terjadinya Masalah Kesehatan
Menggunakan paradigma epidemologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir interakis antara penjamu, agen dan lingkungan yaitu:
1.    Penjamu (Ibu Hamil)
Faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, yaitu:
a.    Faktor keturunan
Dalam dunia kebidanan banyak penyakit yang dapat diturunkan seperti alergis,  kelainan jiwa dan lain-lain
b.    Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka segala penyakit bisa diatasi.
c.    Umur
Pada ibu hamil primigravida <20 tahun rentan terhadap abortus, karena system reproduksi belum matang.
d.   Jenis kelamin
e.    Ras
f.       Status perkawinan
g.    Pekerjaan
h.    Kebiasaan hidup
2.    Agen (Hasil Konsepsi)
Janin atau fetus yang ada dalam kandungan ibu hamil.
3.    Lingkungan
Lingkungan sosial kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.
E.  Faktor-faktor Resiko dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu hamil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu:
1.      Faktor Reproduksi
a.    Usia
Umumnya usia wanita hamil normalnya 20-35 tahun.
b.    Paritas
Semakin tinggi paritas maka semakin tinggi resiko komplikasinya.
c.    Kehamilan tak di inginkan
KTD bisa memungkinkan bagi calon orang tua untuk melakukan terminasi, sehingga mengakibatkan berbagai komplikasi.
2.      Faktor-Faktor Resiko Kehamilan
a.       Perdarahan pada abortus spontan
b.      Kehamilan ektopik
c.       Perdarahan pada kehamilan TM III
d.      Perdarahan post partum
e.       Infeksi nifas
f.       Gestosis
g.      Distosia bahu
h.      Abortus provokatus
3.      Faktor Pelayanan Kesehatan
a.       Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b.      Asuhan medis kurang baik
c.       Kekurangan tenaga kesehatan yang ahli dan obat-obatan esensial
d.      Faktor-faktor sosial budaya
e.       Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan
f.       Kebodohan atau ketidaktahuan
g.      Status wanita yang rendah
h.      Pantangan makanan tertentu pada ibu hamil
F.   Ukuran Epidemologi
Secara Subtantif menurut peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemologi dibedakan atas ukuran fertilitas ( peristiwa kelahiran ), ukuran morbiditas, dan ukuran moralitas, sedangkan berdasarkan aspek statistic yang dievaluasi, ukuran epidemiolohi dibedakan atas ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
1.        Kasus insiden dan prevalens
Kasus insiden adalah kasus baru yang didapatkan selama periode tertentu, sedangkan kasus prevalens adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada satu titik waktu pengamatan tertentu.
2.        Moralitas
Death risk dan death rate menyatakan tingkat kematian secar umum tanpa memandang sebab kematian, biasanya digunakan untuk populasi atau kelompok berukuran besar.
G. Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah proses pengumpulan, analisi, interpretasi dan penyebaran informasi deskriptif secara kontinu dan sistematik untuk pemantauan masalah kesehatan. Sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang local sampai dengan internasional. Tujuan surveilans:
1.    Epidemiologi deskriptif masalah kesehtan
Sasaran utama disini adalah pemantauan trend.
2.    Kaitan dengan pelayan kesehatan
Ditingkat komunitas, surveilans acap kali merupakan bagian integral  penyampaian pelayanan preventif dan terapiutik atau pun profilaksisnya dapat diberikan.
3.    Kaitan dengan penelitian
Data surveilans saja umumnya tidakcukup rinci bagi penelitian, namun dapat member arahan bagi peneliti untuk malakukan penyelidikan lebih lanjut.
4.    Evaluasi intervensi
Evaluasi efek intervensi bersifat kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak layak dikerjakan.
5.    Proyeksi
Data pemantauan trend dibutuhkan oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan kesehatan diwaktu mendatang.
6.    Pendidikan dan kebijakan kesehatan
Dengan penyebar luasan secara efektif, data survailans dapat dimanfaatkan pula oleh public, media dan pemimpin politik.
H.  Tahap- tahap Pendekatan Epidemiologi
1.    Epidemiologi deskriptif
Tahap ini mempertanyakan:
a.    Apakah yang menjadi masalah?
b.    Berapakah besar masalahnya?
c.    Siapakah yang terkena, dimana dan bilamana
Jadi, menurut definisi diatas tahap ini berhubungan dengan frekuensi dan distribusi atau masalah kesehatan.
2.    Epidemiologi analitik
Tahap ini menganalisa sebab- sebab, atau factor- factor penentu (determinants) dengan cara menguji hipotesis- hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti:
a.    Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit itu?
b.    Mengapa kejadian itu masih terus berlangsung?
I.     Epidemiologi dan Informasi
Epidemiologi berkaitan erat dengan informasi. Informasi ini dibutuhkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program- program kesehatan. Jenis- jenis data yang dibutuhkan untuk menyediakan informasi tersebut dapat difikirkan dengan menjawab serangkaian pertanyaan berikut:
APA
Yang menjadi masalah kesehatan?
SIAPA
Yang terkena: distribusinya menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dsb?
DIMANA
Masalah itu terjadi: menurut tempat tinggal, tempat kerja dsb?
KAPAN
Masalah itu terjadi: menurut hari, bulan, musim dsb?
BAGAIMANA
Masalah itu terjadi: keadaan khusus, vector, sumber penularan, kelompok rentan, factor- factor penentu lain?
MENGAPA
Masalah itu terjadi: mengapa masih berlanjut terus
LALU, APA
Tindakan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan informasi yang ada, dan bagaimana keberhasilannya?
Apakah telah terdapat peningkatan kesehatan?

J.    Ukuran frekuensi
Dua jenis ukuran frekuensi penyakit yang paling sering digunakan adalah insidens dan prevalens. Perbedaan antara kedua ini perlu diketahui dengan jelas.
1.    Insidens
Mengukur terjadinya kasus baru selama suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun. Ukuran ini merupakan petunjuk yang terbaik mengenai kecenderungan dari suatu masalah kesehatan, apakah masalah itu meningkat, menurun atau tetap sama. Oleh karena itu merupakan juga ukuran yang terbaik mengenai keberhasilan suatu program kesehatan. Ukuran ini digunakan dalam system surveilans dan untuk menganalisis pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.
Contoh: jumlah kelahiran dan kematian selama setahun, jumlah kasus tetanus neonatrum yang ditemukan selama setahun, jumlah kunjungan pertama ibu hamil ke klinik KIA selama sebulan, jumlah kasus baru tuberculosis baru yang berobat selama setahun dan sebagainya.
2.    Prevalens
Mengukur jumlah kasus yang aktif/ ada pada suatu titik waktu tertentu, biasanya pada suatu hari tertentu. Mungkin lebih sulit untuk menafsirkan prevalens daripada insidens oleh karena prevalens merupakan paduan antara insidens dan rata- rata lamanya suatu penyakit berlangsung (duration).
Contoh: jumlah penderita tuberculosis baru yang terdaftar pada awal  bulan, atau jumlah tempat tidur rumah sakit yang terisi setiap hari.
Prevalens sangat berguna untuk mengukur penyakit yang bersifat kronis, sedangkan insidens berguna untuk penyakit yang berlangsung relative singkat, seperti (campak, diare, pneumonia). Survey cross-sectional biasanya berguna untuk mengukur prevalens penyakit kronis seperti kusta atau tuberculosis paru. Dalam keadaan yang stabil, insidens dan prevalens berhubungan menurut rumus:
Prevalens = insidens x rata-rata lama penyakit
Maka untuk penyakit kronis, insidennya per tahun akan jauh lebih rendah daripada prevalensnya.
Contoh: angka prevalens tuberculosis paru biasanya berkisar antara 0.5% - 10% (atau 5 – 10 kasus per 1000 penduduk), dan rata- rata lama penyakit yang tidak diobati adalah 4 – 5 tahun. Ini berarti angka insidens kasus baru tuberculosis paru adalah antara 0.1 – 0.2 % (atau 1 -2 kasus per 1000 penduduk). Di daerah yang mempunyai system penemuan dan pelaporan kasus tuberculosis paru yang baik, angka insidens dapat digunakan. Tetapi di daerah yang sistemnya tidak dapat memberikan data yang dapat dipercaya, mungkin perlu dilakukan survey-sectional untuk memperoleh angka prevalens.
K. Angka Mutlak dan Rate
Insidens dan prevalens dapat disajikan sebagai angka mutlak atau dihitung sebagai rate angka insidens atau angka prevalens. Data yang tersedia biasanya merupakan angka mutlak, dan ini biasanya yang dilaporkan dalam laporan rutin, dimana populasi yang terancam dapat dianggap stabil menurut tempat dan waktu yang terbatas.
Melihat kecenderungan dalam waktu, atau membandingkan frekuensi penyakit pada beberapa kelompok penduduk, atau beberapa daerah maka penggunaan angka mutlak dapat menyesatkan. Besar populasi dan distribusi umur pada kelompok- kelompok yang hendak dibandingkan perlu diperhitungkan, untuk itu insidens atau prevalens penyakit perlu ditanyakan sebagai rate (angka insidens atau angka prevalens). Angka insidens atau angka prevalens sebagai pembilang (numerator) dengan jumlah penduduk terancam sebagai penyebut (denominator). Penduduk yang terancam ini mungkin adalah seluruh penduduk diwilayah kabupaten, atau penduduk diwilayah tertentu saja yang lebih kecil, atau penduduk pada golongan umur tertentu saja dsb.
Contoh:
1.    Di kabupaten A yang berpenduduk berjumlah 200.000 orang, dilaporkan sebanyak 40 kasus baru tuberculosis paru selama tahun 1989. Maka angka insidens tuberculosis paru di kabupaten tersebut dalam tahun 1989 adalah: Insidens rate = 40 / 200.000
                               = 0.2 kasus per 1000 penduduk per tahun.
2.    Di kabupaten tersebut pada akhir tahun 1989 tercata sebanyak 250 orang penderita tuberculosis paru yang berobat. Maka angka prevalens tuberculosis paru pada akhir tahun 1989 adalah:
Prevalens rate = 250 / 200.000
                                 = 0.2 kasus per 1000 penduduk.
L.  Episode, Orang, atau Kunjungan
Sangat penting untuk membedakan apakah yang dihitung itu orang, episode atau kunjungan. Untuk penyakit seperti ISPA dan diare, seseorang dapat mengalami lebih dari satu kali episode (kejadian) dalam setahun. Untuk setiap kejadian ia dapat dating berobat lebih dari satu kali pula. Dipihak lain, seorang penderita tuberculosis paru akan dihitung sebagai satu orang dan satu episode, tetapi mungkin berkunjung sampai 12 kali selama setahun.
Mengetahui proporsi penduduk yang menderita suatu penyakit kronis, kita harus menggunakan jumlah orang yang sakit. Untuk menilai keberhasilan program penanggulangan malaria, kita harus menggunakan jumlah episode (kejadian) baru yang terjadi selama (biasanya) satu tahun. Jika kita ingin meneliti pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, kita harus menggunakan jumlah kunjungan, baik kunjungan baru maupun ulangan.
M.     Definisi Kasus
Suatu kasus didefinisakn adalah sangat penting. Hal ini sering kali kurang atau malah sama sekali tidak diperhatikan. Daftar penyakit yang ada dalam formulir laporan bulanan tidak disertai definisi kasus yang tegas. Pengisiannya terserah pada pertimbangan dokter atau perawat yang memeriksa, atau malah terserah petugas R/R yang bertanggung jawab mengisinya. Misalnya saja, penyakit ISPA dan influenza sering dicampur adukkan, sedangkan penyakit tukak lambung yang sering didiagnosa tidak jelas batasannya. Apa yang disebut kasus demam berdarah dengue (DBD) mungkin ditafsirkan secara berbeda dari satu puskesmas ke puskesmas lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini tentu saja akan sangat menyulitkan pembandingan.
Data yang satu dapat dibandingkan dengan data yang lain, perlu dibuat definisi kasus yang jelas, dan definisi yang telah dibuat itu perlu ditaati oleh semua orang yang membuat diagnose tanpa kecuali. Contoh: kasus malaria klinis perlu didefinisikan secara jelas, begitu pula kasus malaria definitive (confirmed) yang didukung dengan pemeriksaan sediaan darah untuk beberapa penyakit tertentu perlu dibuat 2 atau 3 kriteria diagnostic:
1.    Diagnostic klinis dan diagnostic pasti (dengan dukungan pemeriksaan laboratorium).
2.    Possible case, probable case dan confirmed case.
Sudah tentu agar dapat dibandingkan satu daerah dengan daerah lain, criteria ini harus secara nasional, bahkan secara international.
N.  Indikator Kesehatan
Indicator kesehatan adalah ukuran yang dipilih dan dipakai untuk:
1.    Menganalisa kasus yang ada
2.    Membuat perbandingan
3.    Mengukur kecenderungan dalam batas waktu
O.  Prinsip-prinsip Demografi
Informasi mengenai demografi pada umumnya diperoleh dari sensus penduduk yang diadakan setiap sepuluh tahun. Sensus yang terakhir di Indonesia diadakan pada tahun 1990. Disebuah kabupaten yang berpenduduk 200.000 jiwa di Negara berkembang, distribusi penduduk menurut kelompok umur mungkin akan terlibat sebagai berikut:


Table 1: Distribusi Penduduk Menurut Umur
di Kabupaten Negara Berkembang

KELOMPOK UMUR (TAHUN)
PROPORSI (%)
POPULASI
1
4
8.000
1 – 4
14
28.000
5 – 14
26
52.000
15 – 44
43
86.000
45 +
13
26.000
JUMLAH
100
200.000

Proporsi bayi dibawah 12 bulan biasanya berkisar 3 – 4 % dari penduduk seluruh, proporsi anak usia 0 – 4 tahun berkisar antara 18 – 20 % (seperlima), dan proporsi anak usia 0 – 14 tahun berkisar antara 40 – 44 % (dua-perlima), apabila tingkat kesuburan masih tinggi. Apabila program KB telah menunjukkan dampak, maka proporsi- proporsi itu akan lebih kecil. Wanita usia subur (15b- 44 tahun) berkisar antara 20 – 22 % (seperlima). Pedoman kasar ini dapat dipakai untuk memperoleh perkiraan apabila data yang benar tidak dapat diperoleh.
Kepadatan penduduk dinyatakan dalam jumlah rata- rata penduduk per km2. Kepadatan penduduk ini dapat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain dalam kabupaten. Pengetahuan tentang kepadatan penduduk ini penting dalam perencanaan pelayanan kesehatan, terutama dalam merencanakan pembangunan puskesmas atau puskesmas pembantu yang baru, dan dalam menilai akses dan cakupan berbagai program kesehatan.
P.   Angka-angka Kependudukan
1.    Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
Jumlah kelahiran setahun x 1000 jumlah penduduk pada pertengahan tahun

CBR di daerah yang tingkat kesuburannya masih tinggi dapt mencapai 45 per 1000 penduduk, apabila tingkat kesuburan telah turun, CBR dapat mencapai 20 per 1000 penduduk. Dengan mengetahui CBR, dapat diperkirakan kelahiran yang akan terjadi selama setahun.
2.    Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate – CDR)
Jumlah Kematian Setahun x 1000 Jumlah Penduduk pada Pertengahan Tahun
CDR berkisar antara 10 – 20 per 1000 penduduk
3.    Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate – IMR)
Jumlah Kematian Bayi 1 Tahun dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun Tersebut
IMR dianggap sebagai indicator yang sensitive bagi derajat kesehatan suatu masyarakat. Sebagian besar kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupan, kematian pada masa itu disebut kematian neonatal. Angka- angka diatas biasanya diperoleh dari sensus penduduk atau dari survey- survey khusus yang diadakan untuk itu.
4.    Angka Kematian Ibu Hamil / Bersalin (Maternal Mortality Rate – MMR)
Jumlah Kematian Ibu Hamil/Bersalin dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun Tersebut
Angka ini sering diabaikan, oleh karena dianggap terlalu kecil. Di Negara berkembang bisanya berkisar antara1 – 5 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Di kabupaten yang berpenduduk 200.000 orang dengan CBR 40 per 1000 dapat diperkirakan akan terjadi 8 – 40 kematian ibu hamil / bersalin per tahun. Dalam hal ini lebih penting diketahui angka mutlaknya daripada ratenya karena jumlahnya sangat kecil. Di Negara-negara maju MMR berkisar sekitar 5 per 100.000 kelahiran, berarti 100 kali lebih kecil dibandingkan dengan berkembang.



























BAB III
KASUS

Di kabupaten A yang berpenduduk 200.000 jiwa, 4% diantaranya adalah bayi usia 1 tahun (8000 bayi). Rencana program imunisasi adalah memperbaiki cakupan DPT 3 tahun lalu (30%) sehingga mencapai cakupan nasional sebesar 45%. Maka target bayi untuk DPT 3 tahun ini adalah 0.45% x 8000 = 3600 bayi. Target ini sebulan adalah 3600 : 12 = 300 bayi. Cakupan DPT 3 selama 6 bulan pertama adalah: januari 310, februari 300, maret 280, april 240, mei 200, juni 170.
Bila diakumulatifkan maka:
Bulan
Cakupan bulanan
Cakupan kumulatif
Januari
310
310
Februari
300
610
Maret
280
890
April
240
1130
Mei
200
1330
Juni
170
1500


15
 
 
Selama 6 bulan pertama rata- rata cakupan adalah 250 bayi sebulan. Dari grafik terlihat bahwa pada bulan- bulan pertama program berjalan sebagaimana diharapkan, tetapi kemudian turun dibawah target. Hal ini menunjukkan perlunya dikaji sebab- sebab mengapa program tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Alternatifnya adalah mencoba meningkatkan kegiatan dan menetapkan target bulanan yang baru (350 bayi/ bulan) atau memutuskan bahwa target semula adalah ambisius, dan secara realistis menurunkan target menjadi 250 /bulan, yang berarti 3000 /tahun, sama dengan cakupan sekitar 38%. Ini sudah merupakan perbaikan dari hasil tahun lalu, tetapi masih kurang dibandingkan dengan cakupan nasional tahun lalu.





















BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Epidemologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau ilmu yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan mengkaji distribusi dan determinan peristiwa morbiditas dan moralitas yang terjadi dalam pelayanan kebidanan. Dimana pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Pelayana kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat
B.  Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang pelayanan KIA, BBL, Nifas, KB dan pelayanan komplikasi.













17
 
 
DAFTAR PUSTAKA


Abdul. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono


Bari, Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan bina pustaka


Slamet. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar