Kamis, 06 Agustus 2015

Pelatihan dukun bayi



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Delapan puluh persen (80%) persalinan  di masyarakat masih menggunakan jasa tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting dan mereka dianggap sebagai tokoh masyarakat.  Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena dianggap murah serta memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan.  Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.  
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan pertolongan oleh dukun bayi.  Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik itu yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun.  Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat.  Strategi untuk membangun cohesive network diantara para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama.  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas?
2.    Apa hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan?
3.    Bagaimana cara menerapkan peran dukun dalam persalinan aman?



1
 
 
C.  Tujuan
1.    Mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.    Mengetahui hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.    Menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.

D.  Manfaat
1.    Mahasiswa mampu mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.    Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.    Mahasiswa mampu menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.



















BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Hari/tanggal                : Kamis, 30 Juli 2015
Jam/waktu                   : 08.00 WIB
Pokok Bahasan           : Pembinaan dan Pelatihan Dukun Bayi
Sub Bahasan               : Peran Dukun Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Nifas, Hal-hal yang Tidak Boleh di Lakukan Waktu Membantu Bidan Menolong Persalianan, Peran Dukun dalam Persalinan Aman
Sasaran                        : Dukun Bayi di  Desa Weton Wetan Kecamatan Puring
Penyuluhan                 : Kelompok 3
Tempat                        : Desa Weton Wetan Kecamatan Puring

A.    Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pembinaan dan pelatihan dukun bayi selama 30 menit audien mampu menerapkan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan.

B.     Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan audien dapat :
1.    Mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.    Mengetahui hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.    Menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.



3
 
 
C.    Garis-Garis Besar Materi
1.    Peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.    Hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.    Peran dukun dalam persalinan aman.
D.    Kegiatan Belajar Mengajar
1.      Metode
a.       Ceramah
b.      Tanya jawab
2.      Media dan Alat Peraga
       Leaflet
3.      Strategi Pelaksanaan
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Respon
1
5 menit
Pendahuluan
a.    Menyampaikan salam
b.   Menjelaskan tujuan
c.    Kontrak waktu

a.   Membalas salam
b.   Mendengarkan
c.   Memberi respon

2
20 Menit
Inti
a.    Penyampaian materi dan menjelaskan tentang peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas. Hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan Menolong Persalianan. Peran dukun dalam persalinan aman.
b.    Memberikan kesempatan bertanya
c.    Menjawab pertanyaan


a.      Mendengarkan
dan menyimak
b.     Mengajukan pertanyaan
c.      Mendengarkan

3
5 Menit
Penutup
a.    Tes akhir
b.   Menyimpulkan hasil penyuluhan
c.    Memberi salam penutup

a.      Menjawab
b.     Aktif bersama menyimpulkan
c.      Membalas salam

E.     Evaluasi
1.      Evaluasi Persiapan
a.       Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
b.      Media sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
c.       Undangan untuk  dukun bayi sudah disampaikan 1 minggu sebelum penyuluhan.
d.      Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan,
e.       SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
2.      Evaluasi Proses
a.       Dukun bayi memperhatikan penjelasan penyaji.
b.      Dukun bayi aktif  bertanya.
c.       Media dapat digunakan secara efektif.
3.      Evaluasi Hasil
a.         Menyebutkan kembali peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
b.         Menyebutkan kembali hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
c.         Menyebutkan kembali peran dukun dalam persalinan aman.

F.     Materi
Terlampir
MATERI PENYULUHAN
PEMBINAAN DAN PELATIHAN DUKUN BAYI

A.  Pengenalan Tanda Kehamilan, Persalinan, dan Nipas
Peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya kehamilan yang harus di ketahui dukun yaitu:
1.         Mengenal tanda-tanda kehamilan.
2.    Memotivasi atau mengantarkan ibu dengan tanda-tanda kehamilan untuk segera di peiksa oleh bidan.
3.    Melakukan kunjungan rumah dan membeli penyuluhan pada ibu hamil,suami,keluarga maupun masyarakat tentang pentingnya memeriksaan kehamilan.
4.    Menyampaikan tentan keuntungan dan kerugian dari tradisi yang berkembang di masyarakat mengenai kehamilan seperti(tidak mengijinkan seorang ibu hamil tidak dapat memeriksakan kehamilanya).
5.    Membantu menghilangkan tahayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kehamilan.
6.    Mendorong ibu hamil dan keluarganya untuk mempersiapkan biaya dan tempat persalinan yang aman.
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan
1.    Pendarahan vagina
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus, ket, mola hidatidosa). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,banyak/ sedikit (berarti plasenta previa, solusio plasenta).
2.    Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang adanya sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau berbayang, sait kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3.    Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur,rabun senja)
Maslah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur,berbayang.
4.    Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri yang hebat menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bias berarti appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi penyakit tulang panggul, persalinan pretem, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi  plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.
5.    Bengkak pada muka atau tangan
Bengkak bias menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dn tangan tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda,anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
6.    Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mearasa gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, jika abayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan ibu minum dengan baik.
7.      Ibu hamil dengan tanda bahaya harus segera dirujuk kepuskesmas atau kerumah sakit.
Makanan bagi ibu hamil
1.      Makanan pokok
2.      Lauk pauk
3.      Sayur dan buah
4.      Susu
5.      Nutrisi ibu hamil
6.      Janin didalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya. Oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua yaitu untuk ibu sendiri dan anak dalam kandungannya.
7.      Kebutuhan zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat janindan kecepatan janin mensintase jaringan-jaringan baru. Zat gizi diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolic dan dari makanan ibu sehari-hari sewaktu hamil.
Memgingatkan ibu:
1.    Tidak ada pantangan makan untuk ibu hamil.
2.    Minum tablet zat besi secara teratur, jangan disertai minum air the dan bila ada mual minum malam hari sebelum tidur.
3.    Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (fe) adalah untuk mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlumenyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari, kebutuhan meningkat secara seknifikan pada trimester II karena absorpsi usus yang tinggi.

B.  Peran Dukun Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Persalinan
Peran dukun bayi dalam persiapan persalinan
1.    Bersama dengan bidan mengatur pertemuan dengan ibu hamil, suami dan keluarganya pada trimester ketiga untuk membahas tempat persalinan 2 hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.
2.    Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai:
a.    Tanda-tanda persalinan yaitu: kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek, pengeluaran lender bercampur darah. Pelunakan seviks,pendataran serviks dan terjadi pembukaan serviks.
b.    Kapan harus mencari pertolongan.
c.    Pengenalan tanda bahaya kehamilan
Yaitu syok pada saat persalinan, perdarahan pada saat persalinan,nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma, tekanan darah tinggi, persalinan yang lama, gawat janin dalam persalinan, demam dalampersalinan, nyeri perut hebat, sukar bernafas.(JNPKR, 2007)
3.    Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang bersih dan aman yaitu:
a.    Tempat yang bersih untuk ibu bersalin.
b.    Sabun yang baru.
c.    Air dan handuk yang bersih untuk mencuci tangan.
d.   Kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan mengeringkan bayi.
e.    Ruangan yang bersih dan sehat.
f.     Cahaya dan ventilasi yang cukup.
g.    Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan transfortasi, calon donor darah jika terjadi kegawatdaruratan.
h.    Segera hubungi bidan apabila ibu hamil telah menunjukkan tanda-tanda   persalinan(ketuban pecah atau mulas teratur).
i.      Membantu bidan dalam merujuk ibu bersalin kerumah sakit atau ketempat lainnya.

C.  Peran Dukun Bayi dalam Pertolongan Persalianan :
1.    Mengetahui tanda-tanda persalinan.
2.    Menyarankan atau mengantar ibu untuk melahirkan di polindes atau pondokkan atau rumah bidan dan bila ibu mau di dampingi ketempat persalinan.
3.    Segera hubungi dan memberitahu serta ajak bidan untuk segera dating kerumah ibu yang akan bersalin atau menyiapkan tempat untuk persalinan.

D.  Peran Dukun Bayi dalam Persalinan Aman
1.     Memastikan tersedianya mangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, juga kain hangat untuk mengeringkan bayi baru lahir tempat untuk plasenta.
2.     Cuci tangan dengan air sabun atau air bersih, kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih.
3.    Bantu ibu untuk mengambil posisi yang paling nyaman baginya.
4.    Membantu menganjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin meneran atau sesuai dengan perintah bidan.

E.  Hal-hal  yang Tidak Boleh di Lakukan Waktu Membantu Bidan Menolong Persalianan:
1.    Jangan mendorong-dorong puncak Rahim.
2.    Jangan menarik ari-ari.
3.    Jangan priksa dalam.

F.   Peran Dukun Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Nifas
1.    Peran dukun bayi yaitu mengetahui dan memberi penerangan pada ibu nifas.
2.    Mengenali berat bayi lahir rendah bila tidak tersedia timbangan bayi.
3.    Anjurkan untuk memeriksakan diri kebidan minimal 3 kali pada masa nifas.
4.    Kunjungi ibu bersamam bidan bila ibu tidak dating untuk memriksakan diri.
5.    Berikan penyuluhan dan anjurkan untuk berKB dan mengimunisasikan bayinya sesuai aturan.
6.    Dukun bayi melaksanakan komunikasi sebagai berikut:
a.    Menanyakan apakah ada masalah dengan ibu atau bayinya.
b.    Nasehati ibu supaya makan-makanan yang bergizi dan berikan tablet tambah darah.
c.    Memberikan penyuluhan pada ibu tentang pentingnya menjaga kebersuhan diri, memakai pembalut bersih, makan bergizi, istirahan cukup dan cara merawat bayi. Cucilah tangan lalu periksalah bayi.
d.   Periksalah tali pusat pada setiap kali kunjungan (paling sedikit pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam). Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya membubuhkan sesuatu pada tali pusat, misanya minya atau bahaya lain jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk bayi segera di rujuk.
e.    Perhatikan warna kulit bayi, tanyakan kepada ibu pemberian asi, misalnya bayi tidak mau menyusui, waktu jaga, cara bayi menangis, beberapa kali buang air kecil, dan bentuk fesesnya bila ada kelainan segera lapor bidan.
f.     Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikhterus (bayi kuning) atau tidak. Ikhterus pada hari ke tiga post partum adalah ikhterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.namun ikhterus terjadi sesudah hari ketiga atau kapan saja dan bayi malas untuk menetek dan tanpak mengantuk, maka bayi harus segera di rujuk.
g.    Bicarakan pemberian asi dengan ibu, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menetek dengan baik.
h.    Nasehati ibu untuk hanya memberikan asi kepada bayi selama empat bulan, dan bahaya pemberian makanan tambahan selain asi pada bayi sebelum berumur empat bulan.
i.      Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan suaminya
j.      Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu atau bayi ke puskesmas atau rumah sakit.















BAB III
PEMBAHASAN

Pertolongan persalinan oleh tenaga non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun bayi, dukun beranak, dukun bersalin atau peraji.  Pada umumnya dukun diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun-temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur kurang lebih 40 tahun keatas (Prawirihardjo, 2005).
Tingkat pendidikan dukun sangat rendah, bahkan ada yang tidak memiliki pendidikan formal, sehingga tidak mengenal baca dan tulis.  Mereka juga tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang cara pertolongan persalinan secara teoritis di bangku kuliah, tetapi berdasarkan pengalaman.  Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti hinis (bilah bambu) yang digunakan untuk memotong tali pusat, tali naken untuk mengikat tali pusat dan menggunakan daun pisang sebagai alasnya.
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh dukun dari pada di tenaga kesehatan (bidan), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1.    Sosial ekonomi (kemiskinan)
Tingkat sosial ekonomi selalu dijadikan alasan oleh masyarakat untuk melakukan persalinan dengan dukun.  Persalinan dengan dukun dianggap murah dan dapat dibayar dalam bentuk barang maupun diangsur (tidak tunai).
2.     Keberadaan tenaga medis (bidan) di wilayah pedalaman.
Wilayah pedalaman, desa tertinggal atau wilayah perbatasan, jumlah tenaga non-medis (dukun bersalin) dua kali lipat dari tenaga kesehatan (bidan).  Dengan demikian, masyarakat cenderung memilih dukun dari pada tenaga kesehatan (bidan).
3.    Kultur budaya masyarakat
12
 
Adanya kultur budaya ini sebagian besar masyarakat (khususnya dipedesaan) lebih mempercayakan pertolongan persalinan dengan dukun dari pada bidan.
4.    Tenaga kesehatan (bidan) yang kurang proaktif
Masih banyak tenaga kesehatan (bidan) yang bersifat reaktif, kurang melakukan kunjungan sehingga hubungan antara klien dan tenaga kesehatan hanya pada saat memberikan pertolongan saja.  Hal ini menimbulkan persepsi bahwa rasa perhatian dari tenaga kesehatan (bidan) sangat kurang.
Padahal tidak sedikit permasalah yang terjadi akibat persalinan dengan pertolongan dukun.  Permasalahan tersebut akibat kesalahan tindakan oleh dukun pada saat persalinan, seperti terjadinya robekan pada rahim, perdarahan pasca melahirkan dan terjadinya partus tidak maju.
Oleh sebab itu perlu adanya pendekatan dan pembinaan pada dukun tersebut.   Dengan adanya pelatihan-pelatihan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus, persalinan yang bersih dan aman, mengenal tanda dan gejala kelainan selama kehamilan, persalinan dan nifas.  Selain itu melibatkan dukun dalam setiap kegiatan promosi kesehatan, menjalin kemitraan dengan dukun berasaskan saling menguntungkan, serta mengajak dukun untuk berpartisipasi dalam tindakan rujukan untuk setiap kasus yang berisiko.
Dengan menjalin komunikasi dan hubungan kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun maka diharapkan akan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.  Dalam hal ini dukun dapat berperan serta dalam mempromosikan kesehatan kepada masyarakat (khususnya ibu hamil) untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan) dengan tetap mendapatkan pendampingan dari dukun tersebut.
Dengan demikian tidak ada lagi kesenjangan antara tenaga kesehatan dan dukun, karena mereka dapat saling bekerja sama dalam mengawasi ibu hamil dan merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan (bidan).





BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu. Bertugas untuk menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program  KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Tujuan dari pembinaan pada dukun adalah supaya memiliki pengetahuan yang dapat disampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat, memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan diberbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak, untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau di cegah sedini mungkin.
B.  Saran
1.    Saran untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat memahami setiap wawasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terutama mengenai risiko persalinan yang ditolong oleh tenaga non-medis, sehingga masyarakat mengerti bagaimana menjaga keselamatan ibu dan bayi dengan bersalin di tenaga kesehatan.
2.    Saran untuk Tenaga Kesehatan
14
 
Diharapkan seorang bidan dapat bersifat proaktif, menjalin hubungan dan komunikasi yang baik pada masyarakat, sehingga mereka memiliki kesadaran yang tinggi untuk melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan (bidan).
DAFTAR PUSTAKA


Ambarwati, Eny dkk.  2009.  Asuhan Kebidanan Komunitas.  Yogyakarta :

Numed


Dep Kes RI. 1994. Pedoman Supervisi Dukun Bayi.


Meilani, Niken dkk.  2009.   Kebidanan Komunitas.   Jakarta : Salemba Medika


Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk.  2009.   Kebidanan Komunitas.   Jakarta : EGC.


Yulifah Rita, Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.

Jakarta : Salemba Medika.


















LAMPIRAN

(Gambar 1)
(Gambar 2)
(Gambar 3)
Description: 20150709_091911
(Gambar 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar