BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya
angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan. Delapan puluh persen (80%) persalinan di masyarakat masih menggunakan
jasa tenaga non-kesehatan, seperti dukun.
Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting dan mereka dianggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih mempercayakan
pertolongan persalinan oleh dukun, karena dianggap murah serta memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti
merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan
oleh dukun, pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun
dan bidan. Salah
satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.
Salah satu
kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan
pertolongan oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik itu
yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut disebabkan oleh tradisi
dan adat istiadat setempat. Strategi untuk membangun cohesive network diantara para pemuka setempat, masyarakat,
dukun dan bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal
secara bersama-sama. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas?
2.
Apa hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan?
3.
Bagaimana cara menerapkan peran dukun dalam persalinan aman?
|
C. Tujuan
1.
Mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.
Mengetahui hal-hal
yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.
Menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.
D. Manfaat
1.
Mahasiswa mampu mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.
Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.
Mahasiswa mampu menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/tanggal :
Kamis, 30 Juli 2015
Jam/waktu :
08.00 WIB
Pokok Bahasan :
Pembinaan
dan Pelatihan Dukun Bayi
Sub
Bahasan : Peran
Dukun Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Nifas, Hal-hal yang Tidak Boleh di
Lakukan Waktu Membantu Bidan Menolong Persalianan, Peran Dukun dalam Persalinan
Aman
Sasaran
: Dukun Bayi
di Desa Weton Wetan Kecamatan Puring
Penyuluhan
: Kelompok 3
Tempat
: Desa Weton Wetan
Kecamatan Puring
A.
Tujuan Instruksional
Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang pembinaan dan pelatihan dukun
bayi selama 30 menit audien mampu menerapkan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan.
B.
Tujuan Instruksional
Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan
kesehatan tentang pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan
audien dapat :
1.
Mengetahui peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.
Mengetahui hal-hal
yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.
Menerapkan peran dukun dalam persalinan aman.
|
C. Garis-Garis
Besar Materi
1.
Peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
2.
Hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
3.
Peran dukun dalam persalinan aman.
D. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya
jawab
2. Media
dan Alat Peraga
Leaflet
3.
Strategi
Pelaksanaan
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Respon
|
1
|
5 menit
|
Pendahuluan
a. Menyampaikan
salam
b. Menjelaskan
tujuan
c. Kontrak
waktu
|
a. Membalas
salam
b. Mendengarkan
c. Memberi
respon
|
2
|
20 Menit
|
Inti
a. Penyampaian
materi dan menjelaskan tentang peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas. Hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan Menolong Persalianan. Peran dukun dalam persalinan aman.
b. Memberikan kesempatan bertanya
c. Menjawab pertanyaan
|
a.
Mendengarkan
dan menyimak
b.
Mengajukan
pertanyaan
c.
Mendengarkan
|
3
|
5 Menit
|
Penutup
a. Tes
akhir
b. Menyimpulkan
hasil penyuluhan
c. Memberi
salam penutup
|
a. Menjawab
b. Aktif
bersama menyimpulkan
c. Membalas
salam
|
E.
Evaluasi
1.
Evaluasi
Persiapan
a.
Materi sudah
siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
b.
Media sudah siap
1 hari sebelum penyuluhan.
c.
Undangan untuk dukun
bayi sudah disampaikan 1 minggu sebelum penyuluhan.
d.
Tempat sudah
siap 1 jam sebelum penyuluhan,
e.
SAP sudah siap 1
hari sebelum penyuluhan.
2.
Evaluasi Proses
a.
Dukun bayi
memperhatikan penjelasan penyaji.
b.
Dukun bayi
aktif bertanya.
c.
Media dapat
digunakan secara efektif.
3.
Evaluasi Hasil
a.
Menyebutkan
kembali peran dukun bayi dalam pengenalan tanda bahaya nifas.
b.
Menyebutkan
kembali hal-hal yang tidak boleh di lakukan waktu membantu bidan menolong persalianan.
c.
Menyebutkan
kembali peran dukun dalam persalinan aman.
F.
Materi
Terlampir
MATERI
PENYULUHAN
PEMBINAAN
DAN PELATIHAN DUKUN BAYI
A. Pengenalan
Tanda Kehamilan, Persalinan, dan Nipas
Peran dukun bayi dalam pengenalan
tanda bahaya kehamilan yang harus di ketahui dukun yaitu:
1.
Mengenal tanda-tanda kehamilan.
2.
Memotivasi atau mengantarkan ibu dengan tanda-tanda
kehamilan untuk segera di peiksa oleh bidan.
3.
Melakukan kunjungan rumah dan membeli penyuluhan pada
ibu hamil,suami,keluarga maupun masyarakat tentang pentingnya memeriksaan
kehamilan.
4.
Menyampaikan tentan keuntungan dan kerugian dari
tradisi yang berkembang di masyarakat mengenai kehamilan seperti(tidak
mengijinkan seorang ibu hamil tidak dapat memeriksakan kehamilanya).
5.
Membantu menghilangkan tahayul dan keraguan untuk
memeriksakan kehamilan kepada petugas kehamilan.
6.
Mendorong ibu hamil dan keluarganya untuk
mempersiapkan biaya dan tempat persalinan yang aman.
Tanda-tanda
bahaya pada kehamilan
1.
Pendarahan vagina
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal
adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus,
ket, mola hidatidosa). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal
adalah merah,banyak/ sedikit (berarti plasenta previa, solusio plasenta).
2.
Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang adanya sakit kepala yang hebat tersebut, ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau berbayang, sait kepala
yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3.
Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan
kabur,rabun senja)
Maslah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan
kabur,berbayang.
4.
Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri yang hebat menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bias berarti appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi
penyakit tulang panggul, persalinan pretem, gastritis, penyakit kantong empedu,
abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.
5.
Bengkak pada muka atau tangan
Bengkak bias menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul pada muka dn tangan tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda,anemia, gagal
jantung atau preeklamsia.
6.
Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mearasa gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, jika abayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan ibu minum dengan baik.
7.
Ibu hamil dengan tanda bahaya harus segera dirujuk
kepuskesmas atau kerumah sakit.
Makanan bagi ibu hamil
1.
Makanan pokok
2.
Lauk pauk
3.
Sayur dan buah
4.
Susu
5.
Nutrisi ibu hamil
6.
Janin didalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan
hanya ibu yang dapat memberikannya. Oleh sebab itu makanan ibu hamil harus
cukup untuk berdua yaitu untuk ibu sendiri dan anak dalam kandungannya.
7.
Kebutuhan zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat
janindan kecepatan janin mensintase jaringan-jaringan baru. Zat gizi diperoleh
janin dari simpanan ibu pada masa anabolic dan dari makanan ibu sehari-hari
sewaktu hamil.
Memgingatkan ibu:
1.
Tidak ada pantangan makan untuk ibu hamil.
2.
Minum tablet zat besi secara teratur, jangan disertai
minum air the dan bila ada mual minum malam hari sebelum tidur.
3.
Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan. Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (fe) adalah untuk mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita
hamil perlumenyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari, kebutuhan meningkat secara
seknifikan pada trimester II karena absorpsi usus yang tinggi.
B. Peran Dukun
Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Persalinan
Peran dukun bayi dalam
persiapan persalinan
1.
Bersama dengan bidan mengatur pertemuan dengan ibu
hamil, suami dan keluarganya pada trimester ketiga untuk membahas tempat
persalinan 2 hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.
2.
Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai:
a.
Tanda-tanda persalinan yaitu: kekuatan his makin
sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek,
pengeluaran lender bercampur darah. Pelunakan seviks,pendataran serviks dan
terjadi pembukaan serviks.
b.
Kapan harus mencari pertolongan.
c.
Pengenalan tanda bahaya kehamilan
Yaitu syok pada saat persalinan, perdarahan pada saat
persalinan,nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma, tekanan darah
tinggi, persalinan yang lama, gawat janin dalam persalinan, demam
dalampersalinan, nyeri perut hebat, sukar bernafas.(JNPKR, 2007)
3.
Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan
perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang bersih dan aman yaitu:
a.
Tempat yang bersih untuk ibu bersalin.
b.
Sabun yang baru.
c.
Air dan handuk yang bersih untuk mencuci tangan.
d.
Kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan
mengeringkan bayi.
e.
Ruangan yang bersih dan sehat.
f.
Cahaya dan ventilasi yang cukup.
g.
Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan
transfortasi, calon donor darah jika terjadi kegawatdaruratan.
h.
Segera hubungi bidan apabila ibu hamil telah
menunjukkan tanda-tanda
persalinan(ketuban pecah atau mulas teratur).
i.
Membantu bidan dalam merujuk ibu bersalin kerumah
sakit atau ketempat lainnya.
C. Peran Dukun
Bayi dalam Pertolongan Persalianan :
1.
Mengetahui tanda-tanda persalinan.
2.
Menyarankan atau mengantar ibu untuk melahirkan di
polindes atau pondokkan atau rumah bidan dan bila ibu mau di dampingi ketempat
persalinan.
3.
Segera hubungi dan memberitahu serta ajak bidan untuk
segera dating kerumah ibu yang akan bersalin atau menyiapkan tempat untuk
persalinan.
D. Peran Dukun
Bayi dalam Persalinan Aman
1.
Memastikan
tersedianya mangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, juga kain
hangat untuk mengeringkan bayi baru lahir tempat untuk plasenta.
2.
Cuci tangan
dengan air sabun atau air bersih, kemudian keringkan hingga betul-betul kering
dengan handuk bersih.
3.
Bantu ibu untuk mengambil posisi yang paling nyaman
baginya.
4.
Membantu menganjurkan ibu untuk meneran hanya jika
merasa ingin meneran atau sesuai dengan perintah bidan.
E. Hal-hal yang Tidak Boleh di Lakukan Waktu Membantu
Bidan Menolong Persalianan:
1.
Jangan mendorong-dorong puncak Rahim.
2.
Jangan menarik ari-ari.
3.
Jangan priksa dalam.
F. Peran Dukun
Bayi dalam Pengenalan Tanda Bahaya Nifas
1.
Peran dukun bayi yaitu mengetahui dan memberi
penerangan pada ibu nifas.
2.
Mengenali berat bayi lahir rendah bila tidak tersedia
timbangan bayi.
3.
Anjurkan untuk memeriksakan diri kebidan minimal 3
kali pada masa nifas.
4.
Kunjungi ibu bersamam bidan bila ibu tidak dating
untuk memriksakan diri.
5.
Berikan penyuluhan dan anjurkan untuk berKB dan
mengimunisasikan bayinya sesuai aturan.
6.
Dukun bayi melaksanakan komunikasi sebagai berikut:
a.
Menanyakan apakah ada masalah dengan ibu atau bayinya.
b.
Nasehati ibu supaya makan-makanan yang bergizi dan
berikan tablet tambah darah.
c.
Memberikan penyuluhan pada ibu tentang pentingnya
menjaga kebersuhan diri, memakai pembalut bersih, makan bergizi, istirahan
cukup dan cara merawat bayi. Cucilah tangan lalu periksalah bayi.
d.
Periksalah tali pusat pada setiap kali kunjungan
(paling sedikit pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam). Tali
pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya membubuhkan sesuatu pada
tali pusat, misanya minya atau bahaya lain jika ada kemerahan pada pusat,
perdarahan atau tercium bau busuk bayi segera di rujuk.
e.
Perhatikan warna kulit bayi, tanyakan kepada ibu
pemberian asi, misalnya bayi tidak mau menyusui, waktu jaga, cara bayi
menangis, beberapa kali buang air kecil, dan bentuk fesesnya bila ada kelainan
segera lapor bidan.
f.
Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikhterus
(bayi kuning) atau tidak. Ikhterus pada hari ke tiga post partum adalah
ikhterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.namun ikhterus terjadi
sesudah hari ketiga atau kapan saja dan bayi malas untuk menetek dan tanpak
mengantuk, maka bayi harus segera di rujuk.
g.
Bicarakan pemberian asi dengan ibu, dan bila mungkin
perhatikan apakah bayi menetek dengan baik.
h.
Nasehati ibu untuk hanya memberikan asi kepada bayi
selama empat bulan, dan bahaya pemberian makanan tambahan selain asi pada bayi
sebelum berumur empat bulan.
i.
Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai.
Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan suaminya
j.
Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk
ibu atau bayi ke puskesmas atau rumah sakit.
BAB III
PEMBAHASAN
Pertolongan persalinan oleh tenaga
non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun bayi,
dukun beranak, dukun bersalin atau peraji.
Pada umumnya dukun diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat
atau merupakan pekerjaan yang sudah turun-temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya
sudah berumur kurang lebih 40 tahun keatas (Prawirihardjo, 2005).
Tingkat pendidikan dukun sangat rendah,
bahkan ada yang tidak memiliki pendidikan formal, sehingga tidak mengenal baca
dan tulis. Mereka juga tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang cara
pertolongan persalinan secara teoritis di bangku kuliah, tetapi berdasarkan
pengalaman. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti hinis
(bilah bambu) yang digunakan untuk memotong tali pusat, tali naken untuk
mengikat tali pusat dan menggunakan daun pisang sebagai alasnya.
Masih banyak masyarakat yang memilih
persalinan ditolong oleh dukun dari pada di tenaga kesehatan (bidan), hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. Sosial ekonomi
(kemiskinan)
Tingkat sosial
ekonomi selalu dijadikan alasan oleh masyarakat untuk melakukan persalinan
dengan dukun. Persalinan dengan dukun dianggap murah dan dapat dibayar
dalam bentuk barang maupun diangsur (tidak tunai).
2. Keberadaan tenaga medis (bidan) di wilayah
pedalaman.
Wilayah
pedalaman, desa tertinggal atau wilayah perbatasan, jumlah tenaga non-medis
(dukun bersalin) dua kali lipat dari tenaga kesehatan (bidan). Dengan
demikian, masyarakat cenderung memilih dukun dari pada tenaga kesehatan
(bidan).
3. Kultur budaya
masyarakat
|
4. Tenaga
kesehatan (bidan) yang kurang proaktif
Masih banyak
tenaga kesehatan (bidan) yang bersifat reaktif, kurang melakukan kunjungan
sehingga hubungan antara klien dan tenaga kesehatan hanya pada saat memberikan
pertolongan saja. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa rasa perhatian dari
tenaga kesehatan (bidan) sangat kurang.
Padahal tidak sedikit permasalah yang
terjadi akibat persalinan dengan pertolongan dukun. Permasalahan tersebut
akibat kesalahan tindakan oleh dukun pada saat persalinan, seperti terjadinya
robekan pada rahim, perdarahan pasca melahirkan dan terjadinya partus tidak
maju.
Oleh sebab itu perlu adanya pendekatan
dan pembinaan pada dukun tersebut. Dengan adanya pelatihan-pelatihan
tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus, persalinan yang
bersih dan aman, mengenal tanda dan gejala kelainan selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Selain itu melibatkan dukun dalam setiap kegiatan
promosi kesehatan, menjalin kemitraan dengan dukun berasaskan saling
menguntungkan, serta mengajak dukun untuk berpartisipasi dalam tindakan rujukan
untuk setiap kasus yang berisiko.
Dengan menjalin komunikasi dan hubungan
kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun maka diharapkan
akan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Dalam hal ini dukun dapat berperan serta dalam mempromosikan kesehatan kepada
masyarakat (khususnya ibu hamil) untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan
(bidan) dengan tetap mendapatkan pendampingan dari dukun tersebut.
Dengan demikian tidak ada lagi
kesenjangan antara tenaga kesehatan dan dukun, karena mereka dapat saling
bekerja sama dalam mengawasi ibu hamil dan merubah pola pikir masyarakat
tentang pentingnya persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan (bidan).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan
komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada keluarga dan
masyarakat di suatu wilayah tertentu. Bertugas untuk menggerakan dan meningkatan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader Mengingat peran dukun di masyarakat,
perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga
dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu
untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Tujuan dari pembinaan pada dukun adalah supaya memiliki pengetahuan yang dapat
disampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat, memperbesar peran dukun bayi dalam
program KB dan pendidikan kesehatan diberbagai aspek kesehatan reproduksi dan
kesehatan anak, untuk
memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun,
seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan
aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan,
sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau di cegah sedini
mungkin.
B. Saran
1. Saran untuk Masyarakat
Diharapkan
masyarakat memahami setiap wawasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
terutama mengenai risiko persalinan yang ditolong oleh tenaga non-medis,
sehingga masyarakat mengerti bagaimana menjaga keselamatan ibu dan bayi dengan
bersalin di tenaga kesehatan.
2. Saran untuk Tenaga Kesehatan
|
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati, Eny dkk. 2009. Asuhan
Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Numed
Dep Kes RI. 1994. Pedoman Supervisi Dukun Bayi.
Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta : EGC.
Yulifah Rita, Tri Johan Agus
Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta :
Salemba Medika.
LAMPIRAN
(Gambar
1)
(Gambar
2)
(Gambar
3)
(Gambar
4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar