Kamis, 06 Agustus 2015

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN V KOMUNITAS TENTANG SURVEILANS



LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN V KOMUNITAS
TENTANG SURVEILANS
Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgcQXXDlARyRw8jW0f4UG85s84rxwZALoQ27uIrvczpdPXCPH1uRCMFfF2Nts0UfFXAtnw7uprOEbSWjCRABXS5gJqko8AQ3jl69SRZ4P7QAlY1ROoVc3EJYHqL6jTSZBV3K69B5O9rws/s1600/STIMUGO+C.jpg








Disusun Oleh:
                         1. Dian Rakhmawati              (B1301035)
2.   Dian Tikamala                   (B1301036)
3.   Dina Dwi Septiani                        (B1301037)
4.   Dina Fransiaka P.              (B1301038)
5.   Dina Marlin PH.                (B1301039)
6.   Dwi Alfi Mujahidah         (B1301040)
7.   Dwi Nugraheni                 (B1301041)
8.   Dwi Wahyuningsih           (B1301042)
9.   Dwiki Endah P.                (B1301043)
10.     Fitriana Puspita Sari          (B1301054)

Kelompok 3


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
i
 
2015
KATA PENGANTAR

           
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini, yang berjudul  Laporan Asuhan Kebidanan V Komunitas tentang Surveilans“ dengan baik. Laporan  ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Bapak Madkhan Anis, S.Kep,Ns, selaku  ketua  STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan di sekolah  ini.
2.    Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes  Muhamadiyah Gombong,  yang telah memberi kami  kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan  di  sekolah  ini.
3.    Bapak Sarwono, S.KM, selaku  dosen  pembimbing  yang telah memandu kami dalam  penulisan  laporan  ini.
4.    Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya   laporan   ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
            Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun laporan  yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan  ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Stikes Muhammadiyah Gombong  maupun lingkungan masyarakat.


                                                            Kebumen, 7 Juli 2015
                                                            Penyusun



ii
 
 
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Landasan Teori........................................................................................ 3
B. Tujuan Surveilans.................................................................................... 4
C. Macam-macam Surveilans....................................................................... 4
D. Manfaat Surveilans.................................................................................. 6
E. Pendekatan atau Sumber Data Sureilans................................................. 7
F. Tinjauan tentang Penyakit ISPA.............................................................. 7
BAB III HASIL
A. Pengkajian di Desa Weton Wetan........................................................... 9
B. Hasil....................................................................................................... 10
C. Pembahasan........................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA



iii
 
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi.
Sementara menurut pendapat lain dikemukakan, surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian, untuk itu, penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memberikan sedikit pembelajaran tentang surveilans.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian surveilans?
2.    Sebutkan jenis-jenis surveilans?
3.    Apa saja manfaat surveilans?
4.    Bagaimana distribusi penyakit ISPA berdasarkan jenis kasus?
C.  Tujuan
1.    Mengetahui pengertian surveilans.
2.    Mengetahui jenis surveilans.
3.    Mengetahui manfaat surveilans.
4.   
1
 
Mengetahui penyakit ISPA berdasarkan jenis kasus di Desa Weton Wetan Kecamatan Puring bulan Juli tahun 2015.
D.  Manfaat
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan sebagai bahan tambahan pengetahuan surveilans bagi peneliti selanjutnya tentang gambaran distribusi penyakit ISPA.



























BAB II
ISI

A.  Landasan Teori

Surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis, dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan (German,2001).
 Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat digunakan :
1.    Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting  kesehatan masyarakat.
2.    Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk identifikasi populasi resiko tinggi.
3.    Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemik.
4.    Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program.
5.    Mengevaluasi kebijakan-kebijakan public.
6.    Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
3
 
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.

B.  Tujuan Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit, dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
1.    Memonitor kecenderungan (trends) penyakit.
2.    Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini    outbreak.
3.    Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi.
4.    Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan.
5.    Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan.
6.    Mengidentifikasi kebutuhan riset.     
C.  Macam-macam Surveilans
1.    Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular.
2.    Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
3.    Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
4.    Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.
5.    Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
1.    Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services).
2.    Menggunakan pendekatan solusi majemuk.
3.    Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural.
4.    Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya).
5.    Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda.
6.    Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.
D.  Manfaat Surveilans
Manfaat surveilans sebagai berikut:
1.    Memperkirakan besarnya masalah kesehatan yang penting.
2.    Sebagai gambaran perjalanan alami suatu penyakit.
3.    Dokumentasi, distribusi, dan penyebaran peristiwa kesehatan.
4.    Bermanfaat untuk epidemiologi dan penelitian laboratorium.
5.    Untuk keperluan  evaluasi pengendalian dan pencegahan.
6.    Dapat memperkiraan perubahan dalam praktek kesehatan, dan sebagai perencanaan

E.  Pendekatan atau Sumber Data Surveilans

Berdasarkan pendekatan sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis:

1.    Surveilans pasif
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.
2.    Surveilans aktif
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community surveilance.
F.   Tinjauan tentang Penyakit ISPA
1.    Pengertian ISPA 
Infeksi saluran napas akut dalam baha9sa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
2.    Etiologi ISPA 
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
3.    Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi menjadi  3 yaitu:
a.    ISPA ringan: Satu atau lebih dari tanda berikut: batuk, pilek, serak.
b.    ISPA sedang: Pernafasan cepat lebih dari 50 per menit.
c.    ISPA berat: Penarikan dada kedalam (Chest Indrawing).
4.    Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut meliputi langkah-langkah pencegahan dan pengobatan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menurunkan angka kejadian ISPA antara lain:
a.    Menjaga keadaan gizi agar tetap baik sehingga tubuh memiliki daya tahan yang optimal untuk melawan segala macam agen infeksi yang dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit.
b.    Imunisasi. Vaksinasi juga dapat dilakukan dalam upaya pencegahan infeksi beberapa jenis virus seperti influenza dan pneumonia. Namun, saat ini masih kontroversial mengenai efektivitas pemberian vaksinasi pada usia lanjut yang berhubungan dengan penurunan fungsi limfosit B pada kelompok geriatri.
c.    Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan akan mengurangi risiko terjadinya penyebaran agen infeksi dari luar.
d.   Menghindari berhubungan dengan penderita ISPA untuk mencegah penularan infeksi dari invidu satu ke individu lainnya.


BAB III
HASIL

A.  Pengkajian di Desa Weton Wetan
Berdasarkan pengkajian di Desa Weton Wetan RT 03 RW 02 Kecamatan Puring ditemukan jumlah masyarakatnya ada 39 KK, 147 jiwa, yang terbagi menjadi jenis kelamin laki – laki 69 jiwa dan perempuan 78 jiwa. Berdasarkan umur 0-5 tahun ada 8 orang, 6-12 tahun ada 19 orang, 13-21 tahun ada 26 orang, 22-35 tahun ada 33 orang, 36-50 tahun 40 orang dan lansia 21 orang. Penyakit pada bulan Januari 2015 terakhir ini menderita ISPA 23 kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 3 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 5 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus.
Penyakit pada bulan Februari 2015 terakhir ini menderita ISPA 25 kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 3 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, Demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Maret 2015 terakhir ini menderita ISPA 26  kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, Demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan April 2015 terakhir ini menderita ISPA 27  kasus, Hipertensi 8 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus.
9
 
Penyakit pada bulan Mei 2015 terakhir ini menderita ISPA 28  kasus, Hipertensi 7 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Juni 2015 terakhir ini menderita ISPA 30  kasus, Hipertensi 5 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Dari hasil observasi tercatat ada 33 pasangan usia subur yang mana ibu menggunakan KB Suntik ada 19 orang, IUD 3 orang, tidak ikut 8 dan IMPLAN 3.
Kebiasaan masyarakat Desa Weton Wetan RT 3 RW 2 suka membuang sampah di sungai tidak ada, di penampungan ada 39 KK. Masyarakat tersebut mengolah sampah dengan cara dibakar ada 32 KK, ditimbun ada 2 KK dan dijadikan pupuk ada 5 KK. Dari pengamatan didapatkan bahwa ada 21 KK yang mana fentilasinya baik, 17 KK fentilasinya cukup, dan 1 KK fentilasinya kurang.  Masyarakat yang mempunyai hewan ternak ada 28 KK dan yang tidak memiliki hewan ternak ada 11 KK. Pengetahuan masyarakat tentang fasilitas kesehatan ada 16 KK yang berobat di bidan, 3 KK yang berobat di Rumah sakit, dan yang berobat dokter praktek ada 2 KK, sisanya di mantri. Dari hasil observasi mengenai status gizi ditemukan dari balita ada 8 balita, 6 balita diantaranya hijau, 2  balita kuning dan yang berada digaris merah tidak ada. Kemudian yang menyusu ASI sampai umur 2 tahun ada 5 orang balita dan 3 orang balita tidak ditetekin sampai umur 2 tahun. Dari status imunisasi balita, 7 balita status imunisasinya lengkap dan 1 balita belum lengkap.
B.  Hasil
Dari hasil pengkajian di Desa Weton Wetan RT 03 RW 02 Kecamatan Puring tahun 2015 tentang Epidemologi Lansia Bulan Januari sampai bulan Juni menunjukkan penyakit pada bulan Januari 2015 terakhir ini menderita ISPA 23 kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 3 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 5 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Februari 2015 terakhir ini menderita ISPA 25 kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 3 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, Demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Maret 2015 terakhir ini menderita ISPA 26  kasus, Hipertensi 9 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, Demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus.
Penyakit pada bulan April 2015 terakhir ini menderita ISPA 27  kasus, Hipertensi 8 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Mei 2015 terakhir ini menderita ISPA 28  kasus, Hipertensi 7 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Penyakit pada bulan Juni 2015 terakhir ini menderita ISPA 30  kasus, Hipertensi 5 kasus Diare 2 hasus, Asma 3 hasus, Lambung 3 kasus, Mata 1 kasus, Gigi 2 kasus, Rematik 1 kasus, demam 8 kasus dan Peritonitis 1 kasus. Melihat hal tersebut di atas kemungkinan akan terjadi masalah penyakit karena lingkungan yang kurang bersih.
No
Jenis Epidemiologi

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1
ISPA
23
25
26
27
28
30
2
Hipertensi
9
9
9
8
7
5
3
Diare
3
3
3
3
3
3
4
Asma
3
3
3
3
3
3
5
Lambung
5
3
3
3
3
3
6
Mata
1
1
1
1
1
1
7
Gigi
2
2
2
2
2
2
8
Rematik
1
1
1
1
1
1
9
Demam
8
8
8
8
8
8
10
Peritonitis
1
1
1
1
1
1

C.  Pembahasan
Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu (German,2001). Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Juli 2015 menunjukan bahwa kejadian ISPA pada lansia lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 35 kasus (63%) sedangkan laki-laki 21 kasus (37%).
Menurut teori laki-laki lebih beresiko ISPA dibandingkan perempuan tetapi menurut fakta dilapangan bahwa perempuanlah yang beresiko terkena ISPA dikarenakan perempuan rentan terkena polusi rumah tangga yang dihasilkan oleh bahan bakar masak yang paling banyak menghasilkan asap. Seperti dan arang yang dipakai oleh perempuan atau ibu rumah tangga untuk memasak. Alasan mereka menggunakan kayu bakar karena stok bahan bakas minyak khususnya minyak tanah mulai langka dan juga ada faktor ketakutan untuk memakai gas elfiji.  Kasus yang sama terjadi pada bulan Juni 2015 kasus terbanyak pada  perempuan sebanyak 33 kasus(59%) dan laki-laki yaitu 23 kasus(41%). Tetapi data ini tidak selaras dengan hasil analisis data kegiatan SIBI (surveilans ISPA berat di indonesia) pada bulan juni yang menyatakan bahwa laki-laki lebih beresiko ISPA dibandingkan perempuan.










BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Surveilans adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit, surveilans sinromik dll. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: surveilans pasif dan surveilans aktif.
Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Juni 2015 menunjukan bahwa kejadian ISPA lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 35 kasus (63%) sedangkan laki-laki 21 kasus (37%). Kasus yang sama terjadi pada bulan Juni 2015 kasus terbanyak pada perempuan yaitu 33 kasus (54%) dan laki-laki yaitu 23 kasus (41%). Kasus ISPA meningkat dari bulan Januari sampai bulan Juni.
B.  Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah. Maka dari itu dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.
13
 
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab timbulnya penyakit ISPA misalnya faktor lingkungan , faktor individu anak , dan faktor perilaku serta selalu waspada terhadap tanda bahaya jika mengalami infeksi saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA


Bustan. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta. Pustaka


German. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah

Pengantar. Jakarta: Media Pustaka


Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

Atfabeta.


Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta: PT. Dian

Rakyat


Wahyudin. 2010. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: 

EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar