ASUHAN KEBIDANAN I
(KEHAMILAN)
“ASPEK SOSIAL BUDAYA
DALAM KEHAMILAN”
DISUSUN
OLEH :
1. BRILIAN
PUSPITA D. ( B1301030 )
2. DEA
ARMITA SARI ( B1301031 )
3. DESTI
EKA SAPUTRI (B1301032 )
4. DEVIA
FAMELA (
B1301033 )
5. DEWI
NUR FITRIANI ( B1301034 )
6. DIAN
RAKHMAWATI ( B1301035 )
7. DIAN
TIKAMALA ( B1301036 )
8. DINA
DWI SEPTIANI ( B1301037 )
9. DINA
FRANSISKA P. ( B1301038 )
10. DINA
MARLIN P. H. ( B1301039 )
11. DWI
ALFI MUJAHIDAH ( B1301040 )
12. DWI
NUGRAHENI ( B1301041 )
13. DWI
WAHYUNINGSING ( B1301042 )
KELAS: 2A
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
kami panjatkan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan
izin-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari Asuhan
Kebidanan I (Kehamilan).
Dengan terselesaikannya
makalah ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak Giyatmo, M.Kep, selaku ketua
STIKes Muhamadiyah Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan di sekolah ini.
2. Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku
ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes Muhamadiyah Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan di sekolah ini.
3. Ibu Siti
Mutoharoh S.ST, MPH, selaku dosen
pembimbing yang telah memandu
kami dalam penulisan makalah
ini.
4. Ibu Eka Novyriana, S.ST.,selaku
dosen pembimbing yang telah memandu kami dalam penulisan
makalah ini.
5. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari
bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah yang telah
kami buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pengetahuan bagi
mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Gombong.
Kebumen,
3 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A........ Latar Belakang ....................................................................................... 1
B........ Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C........ Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II ISI
A........ Aspek Sosial Budaya yang berkaitan dengan Kehamilan ..................... 3
B........ Faktor Lingkungan Adat dan Budaya ................................................... 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................
10
|
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses alamiah bagi seorang
wanita. Wanita dianggap sempurna bila dia
bisa memberikan keturunan.
Kehamilan dapat berlangsung secara fisiologi, namun bila kurang memperhatikan faktor-faktor disekitarnya, kehamilan tersebut dapat menjadi patologi.
Kehamilan dapat berlangsung secara fisiologi, namun bila kurang memperhatikan faktor-faktor disekitarnya, kehamilan tersebut dapat menjadi patologi.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola
kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan
yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial
budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat
adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah.
Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan
sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai
tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai
dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir
ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum
masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah
lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan
mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan
pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
- Rumusan Masalah
1.
Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan kehamilan ?
2.
Bagaimana pendekatan peran seorang bidan kaitannya dengan budaya
dan kegiatan
kebudayaan ?
- Tujuan
1.
Mengetahui
dan memahami aspek sosial
budaya
yang berkaitan
dengan kehamilan.
2.
Mengetahui
dan memahami peran seorang
bidan
kaitannya
dengan budaya
dan kegiatan
kebudayaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Aspek Sosial Budaya yang berkaitan dengan Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu (Suririnah.2004).
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia,
masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah
dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke
bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya
pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor
resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada
saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa
akibat fatal yaitu kematian
(Nugraheni,2010).
Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan
kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi
juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah
pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin
anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan
yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu
mempunyai resiko tinggi saat melahirkan. Contohnya di kalangan masyarakat pada
suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu tradisi upacara kehamilan yang
dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang
perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat
kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu
upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang
perempuan telah mencapai sembilan
bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh
roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya
dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain
disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh
jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di
posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak
manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah
berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini (masa kehamilan 1-8 bulan) oleh mereka
bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada
kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya
kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan
oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil
pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah
di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,
udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang,
selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.
Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan bayi.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan
yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta
masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan
kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu
sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di
wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana,
dan pengayoman medis kontrasepsi.
2.
Menggerakkan dan membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang
sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.
3.
Membina dan memberikan bimbingan teknis
kepada kader serta dukun bayi.
4.
Membina kelompok dasa wisma di bidang
kesehatan.
5.
Membina kerja sama lintas program,
lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
6.
Melakukan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.
7.
Mendeteksi dini adanya efek samping dan
komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan
berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek
sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang
berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri
Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur
kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan
cara:
1.
Menghubungi pamong desa untuk
mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah pendukuhan/RK dan
pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari
masing-masing RT.
2.
Mengenali struktur kemasyarakatan
seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian,
kelompok arisan, dan lain-lain.
3.
Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a.
Jenis kelamin
b.
Umur
c.
Mata pencaharian
d.
Pendidikan
e.
Agama
4.
Mempelajari peta desa.
5.
Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk
menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat
dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif
dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah
komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke
suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari
sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma
dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas
profesi melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun
secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu
mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki
suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap
kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih
dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional
setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian
atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan kesenian wayang kulit melalui pertunjukan
ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan
pada akhir pertunjukan.
- Faktor Lingkungan Adat dan Budaya
Lingkungan adat ini meliputi berbagai kegiatan yang
dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata
caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut
diantaranya adalah:
1.
Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat disuatu
lingkungan masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat lokal atau hanya pada daerah tertentu
yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal
yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan
berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di
Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos
(larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan,
keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian
si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh
masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat/pesan dari nenek
moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak/karma yang tidak
menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti
dari segi medis, maupun dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan.
Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua
dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis
maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada
kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
a.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya
dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta:
Secara medis-biologis,
getah
nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas
yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya.
Demikian juga nanas olahan
yang
pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga
baik untuk kesehatan.
b.
Ibu hamil tidak boleh keluar malam,
karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta:
secara psikologis, ibu
hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak
dianjurkan bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO).
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO).
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan
yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta
masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus
memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur
pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan
nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah
tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional
setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian
atau kebudayaan tradisional tersebut.
- Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif
dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunkasi efektif.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis.
Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Makalah ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus
digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Suririnah.
2004. Hubungan Kehamilan dengan Sosial Budaya. Erlangga:Jakarta
Nugraheni.
2010. Adat dan Kehamilan. PDS: Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar